Page 7 - MAJALAH 129
P. 7

abaikan otoritas pemerintah di pelabuhan sebagai regulator   bahwa Pelindo tidak boleh memberi konsesi pada pihak ketiga
            sebelum memberi konsesi.”                          dalam pengelolaan pelabuhan. Sementara itu pandangan Jam­
               Lino melenggang sendiri tanpa mengindahkan amanat UU   datun juga tidak mengikat seperti UU.
            itu. Pasal 82 ayat (4) memerintahkan bahwa konsesi pengusa­  Jadi, kontrak konsesi itu masih bisa ditarik karena batal
            haan di pelabuhan hanya diberikan oleh otoritas pelabuhan   demi hukum. Apalagi harga jualnya ternyata dibuat lebih mu­
            dan unit penyelenggara pelabuhan dalam hal ini Kementerian   rah daripada kontrak pertama. Tahun 1999, HPH membayar
            Perhubungan sebagai wakil pemerintah. Pasal 344 ayat (2)   USD 243 juta. Sekarang setelah kontraknya diperpanjang, HPH
            mempertegas bahwa tiga tahun sejak UU Pelayaran diundang­  hanya membayar USD 215 juta untuk masa kontrak 20 tahu
            kan, maka semua kegiatan usaha pelabuhan wajib menyesuai­  berikutnya. Panja Komisi VI tak habis pikir bagaimana har­
            kan dengan UU Pelayaran.                           ganya bisa merosot. Ada benang kusut yang coba ingin diurai
               Seperti diketahui UU ini sudah disahkan sejak tahun 2008.   Komisi VI yang membelit Pelindo II.
            Berarti tiga tahun setelahnya, yaitu tahun 2011 semua konsesi   Kepada pers usai mengikuti rapat Panja, Lino berkata sing­
            harus mengikuti aturan UU ini. Nah, pada 2014, Dirut Pelindo   kat, “Saya tidak merasa tertekan. Kita sangat fair. Diskusinya
            II memperpanjang konsesi JICT di Pelabuhan Tanjung Priok   sangat terbuka,” katanya, seraya menambahkan, “Soal kon­
            hingga 2038. Konsesi pertama berakhir tahun 2019. Lima ta­  trak, saya merasa sudah sesuai UU. Bahwa ada yang berbeda
            hun sebelum berakhir, Lino sudah buru­buru memperpanjang   pendapat, boleh saja.”
            tanpa melibatkan Kemenhub.
               Pada rapat Panja Pelindo II terungkap, ternyata sudah ada  LOST INCOME DAN PHK
            surat dari tiga Menteri Perhubungan yang mengingatkan Dirut   Potensi kehilangan penerimaan negara dari pengelolaan
            Pelindo II untuk menggunakan rujukan UU No.17/2008 ten­  pelabuhan sangat besar terjadi. Adalah Willgo Zainar Ang­
            tang Pelayaran dalam membuat perjanjian kontrak konsesi.   gota Komisi XI DPR yang menilai ada potensi lost income dari
            Surat pertama sudah dilayangkan saat Freddy Numberi men­  penge lolaan pelabuhan oleh PT. Pelindo II.  Anggota F­Gerin­
            jabat Menhub. Surat Kedua dikirim EE Mangindaan. Dan tera­  dra ini mengatakan, dari sisi logika seharusnya investasi yang
            khir, Ignasius Jonan juga telah berkirim surat kepada RJ. Lino.  diperpanjang sudah mendapatkan return of investment dari
               Isi suratnya menyerukan kepada seluruh Dirut Pelindo I,   investor. Untuk itu, nilai kontrak berikutnya harus jauh lebih
            II, III, dan IV agar menyertakan penyelenggara pelabuhan se­  besar.
            tiap kali membuat perjanjian konsesi. Seluruh Dirut Pelindo   Hal senada disampaikan Anggota Komisi XI lainnya, Mo­
            juga diimbau menyesuaikan semua kerja sama yang telah di­  hammad Hatta (F­PAN). Dia menilai, permasalahan di PT. Pe­
            lakukan dengan pihak ketiga sesuai UU Pelayaran. Dan surat   lindo II sebenarnya cerita lama, termasuk potensi lost income
            Menhub pun meminta laporan setiap ada rencana kerja sama   dari permasalahan dwelling time. Akibat lamanya waktu bong­
            yang dibuat pihak ketiga ke penyelenggara pelabuhan sebagai   kar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok itu, dikabar­
            regulator.                                         kan kerugian negara bisa mencapai Rp780 triliun.
               Wakil Ketua Komisi VI Heri Gunawan melihat, proses le­  “Ketika Presiden Joko Widodo membicarakan masalah
            lang kontrak konsesi dilakukan tidak transparan, yaitu me­  dwelling time ini, Komisi XI DPR sudah lama membahasnya,
            lalui penunjukan langsung. Bahkan, perpanjangan kontrak ini   karena ini terkait bea masuk. Seperti tidak ada keseriusan
            memberi kesan, dilakukan terburu­buru, lima tahun sebelum   dalam menangani ini. Penyelundupan terjadi terus menerus,”
            kontrak pertama berakhir. Suara kritis juga disampaikan Ang­  ungkap Hatta, ketika ditemui Parlementaria di Yogyakarta,
            gota Panja Bambang Haryo Soekartono. Politisi Partai Gerin­  beberapa waktu lalu.
            dra ini mempertanyakan ketergantungan Pelindo II pada a sing.   Sementara itu, Komisi IX DPR juga sudah mewacanakan
               Pengelolaan pelabuhan sudah bisa dilakukan oleh putra   membantuk Panja Pelindo II khusus mengangkat soal PHK
            putri bangsa sendiri. Dengan begitu keuntungannya pun bisa   para pekerjanya. Bahkan, Komisi ini juga sudah mengunjungi
            masuk ke kantong negara sendiri. Bangsa Indonesia tak perlu   Pelindo II untuk mendapatkan informasi dan data pekerja yang
            takut mengelola pelabuhan tanpa campur tangan asing. Apala­  di­PHK dan dimutasi oleh direksinya. Irma Suryani (F­Nadem)
            gi, Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan besar tan­  mengungkapkan, ketika Serikat Pekerja JICT mengadu ke
            pa pesaing. “Pelabuhan ini bukan pelabuhan transit se perti di   Komisi IX, Direksi PT. Pelindo II malah mem­PHK sejumlah pe­
            Singapura. Jakarta tidak punya pesaing dengan negara mana­  kerjanya. Bahkan, ada sebagian yang dimutasi tanpa mengin­
            pun. Beda dengan Singapura yang bersaing dengan Malaysia   dah prosedur yang ada.
            dan Thailand,” ungkap Bambang.                       “Mereka tidak menghormati apa yang sedang kita laku­
               RJ Lino berusaha tenang menjawab serbuan pertanyaan   kan. Seharusnya dalam situasi yang seperti itu, mereka tidak
            Panja. Dia beralasan sudah meminta pendapat hukum kepada   melakukan PHK atau mutasi dahulu. Kemudian, Komisi IX
            Jaksa Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) untuk   mendapat informasi lanjutan dari SP­JICT, telah terjadi mutasi
            memperpanjang konsesi JICT kepada HPH. Bahkan, katanya,   dan tidak melalui prosedur yang jelas,” katanya saat dihubungi
            ia sudah minta izin pula kepada Menteri BUMN. Faktanya,   lewat sambungan telepon beberapa waktu lalu. (TIM) FOTO: DE-
            Menteri BUMN juga pernah berkirim surat kepada Mensesneg   NUS/PARLE/IW



                                                                                          EDISI 129 TH. XLV, 2015  7
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12