Page 11 - MAJALAH 129
P. 11

No.17/2008.  Bahkan, opini Jamdatun   kebijakan ini untuk dibatalkan.”
            ternyata juga tidak terkait dengan UU   Senada dengan Hafisz, Wakil Ketua
            Pelayaran tersebut.               Komisi VI Heri Gunawan menjelaskan,
               Ketua­Komisi­VI­DPR­Achmad­Hafisz­  ada tiga masalah krusial yang akan di­
            Tohir menyatakan, “Keputusan Direktur   bongkar Panja Pelindo II, yaitu perpan­
            Utama Pelindo II, RJ Lino memperpan­  jangan kontrak HPH, pengadaan mobil
            jang konsensi pengelolaan terminal peti   crane, dan etika pejabat Pelindo II. Soal
            kemas, Tanjung Priok kepada Hutchi­  kontrak, mestinya baru bisa diperpan­
            son Port Holding (HPH), patut diduga   jang pada 2019 saat kontrak berakhir.
            melanggar UU Nomor 17 Tahun 2008   Menurut Heri, UU Pelayaran yang su­
            tentang Pelayaran karena mengabai­  dah bisa diberlakukan tiga tahun setelah
            kan otoritas pemerintah di pelabuhan   disahkan (2011), harus menjadi rujukan
            se bagai regulator sebelum memberi   dalam menyusun kontrak baru.
            konsesi kepada HPH.”                Politisi Partai Gerindra ini, selalu
               Dijelaskan politisi PAN itu, sesuai UU   menekankan pada prinsip nasionlisme   Wakil Ketua Komisi VI Heri Gunawan
            Pelayaran, perpanjangan konsesi dengan   pengelolaan aset pelabuhan. Bila pe­  Ironisnya, nilai kontrak yang diteken Pe­
            swasta atau asing harus dibuat dengan   ngelolaan pelabuhan ditangani putra­  lindo II dengan Hutchitson tersebut jauh
            pemerintah melalui otoritas pelabuhan.   putri bangsa sendiri ada pendapatan   lebih kecil dibanding konsesi pertama.
            “Menteri Perhubungan saudara Jonan   yang masuk ke kas negara hingga USD   Padahal, produktivitas JICT naik terus
            sudah menyatakan menolak, tapi RJ   160 juta per tahun. Selain itu, ada ke­  dan meningkat,” ungkap Heri
            Lino tetap ngotot dengan alsasan Jam­  mandirian nasional yang ditegakkan,   Persoalan krusial kedua, lanjut Ang­
            datun Kejagung membolehkan dalam   mengingat teknologi dan SDM yang di­  gota F­Gerindra ini, adalah pengadaan
            pendapat­hukumnya,”­ungkap­Hafisz.  miliki Indonesia sudah memadai dalam   mobil  crane yang diduga menyalahi
               Keganjilan lainnya adalah saat ter­  mengelola pelabuhan.        aturan perundang­undangan. Pembeli­
            minal peti kemas Tanjung Priok dikelola   Seperti diketahui, 70 persen jalur dis­  an crane yang tidak difungsikan hingga
            HPH tahun 1999, HPH membayar USD   tribusi perekonomian Indonesia ada di   tiga tahun jadi temuan tersendiri. Bah­
            243 juta. Sekarang setelah kontraknya   Tanjung Priok. Dan perpanjangan kon­  kan, menurut Heri, temuan indikasi ko­
            diperpanjang, HPH hanya membayar   trak dengan HPH sungguh disa yangkan,   ruptif ini telah mengorbankan mantan
            USD 215 juta untuk masa kontrak 20 ta­  karena menghilangkan potensi keun­  Kabareskim Budi Waseso yang dimutasi
            hun. Idealnya, perpanjang kontrak harus   tungan yang bisa diraih nega ra. Heri   ke BNN.
            lebih mahal daripada kontrak pertama.   menilai, proses lelang kontrak konsesi   Sedangkan persoalan ketiga yang
            Bukan justru lebih murah.         dilakukan tidak transparan, ya itu me­  akan diungkap Panja adalah soal etika.
               Melihat banyak keganjilan ini, Panja   lalui penunjukan langsung. Bahkan,   Produktivitas Pelindo II menurun sejak
            akan memanggil semua pihak yang ter­  perpanjangan kontrak ini memberi ke­  Dirutnya membuat banyak kegaduhan.
            kait dengan kontrak konsesi JICT. Bah­  san, dilakukan terburu­buru, lima tahun   Disampaikan Heri, pascaperistiwa ko­
            kan,­Hafisz­berkata,­bila­perlu­Panja­akan­  sebelum kontrak pertama berakhir.   munikasi Lino dengan Sofyan Djalil di
            menyelidiki HPH hingga ke Hongkong   “Di Pasal 344 UU No.17/2008 disebut­  depan media massa beberapa waktu lalu,
            untuk mencari tahu perusahaan asing   kan tiga tahun setelah UU ini berlaku,   telah membuat iklim yang tidak kondusif
            yang mendapat konsesi ini. “Bila ter­  maka semua pengusahaan pelabuhan   di Pelindo II. Dampaknya, produktivitas
            bukti kebijakan Pelindo memperpanjang   harus merujuk pada UU ini. Jadi, 2011   korporasi menurun. Bahkan, setelah ko­
            konsesi JICT melanggar UU termasuk   dimulai pemberlakuan. Seharusnya   munikasi ini, banyak karyawan Pelindo
            PP 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan,   Pelindo II menggunakan prosedur UU   II dimutasi dan di­PHK. (MH) FOTO: ANDRI/
            maka komisi VI bisa merekomendasikan   tersebut untuk meminta hak konsesi.   PARLE/IW




            16 SEPTEMBER 2015                                  22 SEPTEMBER 2015         12 Oktober 2015
            Panja Pelindo II, Komisi VI DPR RI                 Anggota Komisi III DPR RI Masinton   Rapat paripurna DPR RI mengesahkan
            menggelar rapat perdana dengan                     Pasaribu mengadukan gratifikasi yang   keanggotaan Panitia Angket Pelindo II.
            menghadirkan Dirut Pelindo II RJ.Lino.             dilakukan RJ.Lino ke KPK. Gratifikasi   15 Oktober 2015
                                                               itu berupa pemberian uang sebesar Rp
                                                               200 juta kepada menteri BUMN Rini   Rieke Diah Pitaloka dipercaya sebagai
            16 SEPTEMBER 2015                                  Soemarno untuk kebutuhan rumah dinas.  Ketua Panitia Angket didampingi Aziz
            Komisi IX DPR RI kunjungi PT.JICT                  5 OKTOBER 2015            Syamsuddin, Desmon J Mahesa, dan
            untuk mengumpulkan informasi dan                                             Teguh Juwarno.
            merumuskan solusi atas kasus PHK dan               Pansus Pelindo II DPR RI disahkan
            mutasi sejumlah pekerjanya.  Dirut Pelindo II RJ Lino  Rapat Paripurna DPR RI.


                                                                                          EDISI 129 TH. XLV, 2015  11
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16