Page 35 - MAJALAH 138
P. 35

Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 dan 2016

                                     Indikator Ekonomi                  Realisasi   APBN      RAPBNP
                   a. Pertumbuhan ekonomi (% yoy)                          4,8       5,3        5,3
                   b. Inflasi (% yoy)                                      3,4       4,7        4,0
                   c. Nilai Tukar (IDR/USD)                              13.392     13.900     13.500
                   d. Tingkat bunga SPN Bulan rata-rata (%)                6,0       5,5        5,5
                   e. Harga minyak mentah Indonesia (USD/barel)            49         50         35
                   f. Lifting minyak bumi (ribu barel per hari)            778       830        810
                   g. Lifting gas bumi (ribu barel setara minyak per hari)  1.195,4  1.155      1.115
                                                                                     Sumber: Kementerian Keuangan

               Perubahan asumsi dasar ekonomi   belanja pemerintah pusat dengan   landasan pelaksanaan pembangunan
            makro dalam RAPBN-P tahun 2016,   kontribusi sebesar  26,9 persen,   yang baik juga.  Pola pikir kementerian/
            berdampak pada perubahan postur   sedangkan 73,1 persen tersebar pada   lembaga negara dalam membuat
            RAPBN-P tahun 2016, yakni penurunan   10 fungsi lainnya.            perencanaan harus diubah, dari yang
            pendapatan negara menjadi Rp         Dampak  berikutnya,  perubahan   berpijak pada ‘dana yang ada’ baru
            1.734.500,9 miliar. Penurunan ini   pembiayaan meliputi, antara lain: PMN   buat program menjadi ‘program apa
            disebabkan oleh penurunan minyak   kepada BUMN, pembiayaan investasi   yang akan dibuat’ baru berpikir berapa
            mentah Indonesia, penurunan lifting   kepada BLU LMAN, PMN kepada BPJS   anggaran yang akan dialokasikan.
            migas, penundaan kenaikan royalti   Kesehatan, pemanfaatan SAL, dan    Jika berpijak pada program yang
            batu bara, dan penurunan harga    tambahan penerbitan SBN (neto).   akan dibuat akan berpengaruh pada
            komoditas tertentu SDA nonmigas.                                    produktivitas, sedangkan jika berawal
               Kemudian, turunnya penerimaan   Perencanaan Kurang Optimal       dari anggaran yang ada akan berakhir
            perpajakan dari Rp 19.550,9 miliar pada   Selain isu pelemahan perekono-  pada bagaimana penyerapan anggaran
            APBN tahun 2016 menjadi Rp 1.527.113,8   mian  global  yang  merupakan  salah   yang sering kali mengabaikan kualitas
            miliar.  Turunnya penerimaan ini   satu sebab perubahan asumsi      kinerja.
            dikarenakan oleh turunnya penerimaan   dasar ekonomi makro sehingga    Oleh karena itu, Pemerintah
            PPh migas dan PPN.                mempengaruhi perubahan postur     perlu menyusun standar dalam
               Belanja negara yang diproyeksikan   APBN, isu yang cukup sering mencuat   membuat perencanaan yang baik bagi
            turun 2,3 persen dari pagu APBN   jika terjadi APBN perubahan adalah   kementerian/lembaga negara. Selain
            tahun 2016.  Belanja Pemerintah Pusat   kurang optimalnya perencanaan   itu, tolok ukur keberhasilan sebuah
            dalam RAPBN-P tahun 2016 lebih    yang dilakukan kementerian/       perencanaan bukan diukur dari berapa
            rendah dari APBN tahun 2016 sejalan   lembaga  negara  dalam  menyusun   banyak penyerapan anggaran, namun
            dengan kebijakan penghematan dan   anggarannya.  Sehingga terkesan,   diukur seberapa banyak program yang
            pemotongan belanja kementerian/   ketidaksempurnaan perencanaan yang   dilaksanakan. Sehingga bisa saja suatu
            lembaga, perubahan pagu penggunaan   dibuat akan dapat disempurnakan di   kementerian  telah  melaksanakan
            PNBP, dan perubahan pagu pinjaman   dalam APBN perubahan.           semua program yang direncanakan
            dan hibah luar negeri (PHLN).        Stigma mengandalkan APBN       namun dengan anggaran yang sangat
               Untuk penurunan dana bagi hasil   perubahan dalam membuat peren-  efisien.
            (DBH) dan alokasi khusus (DAK)    canaan inilah yang harus diubah.     Nantinya akan terdapat tolok ukur
            memberikan kontribusi yang cukup   Sebab, ketika pemerintah kurang tepat   baru keberhasilan kementerian/
            besar atas penurunan alokasi transfer   dalam menyusun perencanaan, maka   lembaga negara dalam menjalankan
            ke  daerah dan  dana desa.    Terkait   akan timbul biaya yang cukup besar   perencanannya  yaitu banyaknya
            dengan penurunan belanja pemerintah   untuk merevisi APBN.  Selain biaya   program yang dilaksanakan dengan
            pusat dalam RAPBNP 2016, belanja   yang tidak sedikit, pembahasan revisi   anggaran yang efisien, bukan berapa
            berdasarkan fungsi juga mengalami   APBN hingga pelaksanaan hasil revisi   besar penyerapan anggaran yang
            penurunan, kecuali fungsi perumahan   tersebut juga menyita waktu.  dapat dilakukan kementerian/lembaga
            dan fasilitas umum yang meningkatkan   Untuk itu, seyogyanya pemerintah   negara.
            9,2 persen, fungsi ketertiban dan   segera melakukan perbaikan pola
            keamanan  sebesar  1.6 persen,  dan   perencanaan yang ada dalam                 Penulis: Rastri Paramita
            fungsi pertahanan sebesar 0,4 persen.     kementerian/lembaga negara. Karena,   Analis APBN Ahli Pertama di Pusat
            Fungsi ekonomi masih mendominasi   perencanaan yang baik dapat menjadi   Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI


                                                                         PARLEMENTARIA l  EDISI 138 TH. XLVI - 2016  l  35
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40