Page 44 - MAJALAH 96
P. 44

Ahmad Yani saat rapat Komisi III DPR RI
                                             publik yang salah kaprah kalau menjadi   Ketika berhadapan dengan
                                             anggota DPR yang terhormat itu sudah   anak, pendekatan dialogis selalu
                                             pasti bergelimang uang.           dikedepankannya. Tidak boleh ada
                                                Ia menggambarkan ketika masih   pemaksaan. Mantan wartawan majalah
                                             berprofesi sebagai advokat, perjalanan   kampus ini sering mengajak anaknya
                                             liburan ke luar negeri adalah agenda   berdiskusi tentang banyak hal. Ketika
           Mantan aktivis mahasiswa ini berprinsip   yang paling tidak dua kali dalam   ada waktu kosong atau libur nasional,
           kedatangan seseorang untuk        setahun. “Setelah jadi anggota    mereka melewatkan waktu bersama.
           menyampaikan sesuatu menunjukkan   DPR sekali saja sulit, bahkan untuk   “Hobby kita sama hunting buku atau
           rasa percaya yang masih tinggi. Ia   mendukung kegiatannya sebagai   nonton di bioskop... tapi sekarang sudah
           menekankan kepada para stafnya    politisi ia terpaksa menjual kebun yang   agak sulit disatukan karena mereka
           kunjungan seperti itu tidak boleh ditolak.   dulu diperolehnya saat masih menjadi   sudah punya dunianya sendiri,” kenang
           (Ditengah wawancara itu tiba-tiba   pengacara. Bahkan uang jajan anak juga   Yani. Namun, ada satu yang patut dia
           telepon genggamnya berdering).    harus dibatasi,” ungkapnya.       syukuri, yaitu saat liburan lebaran lalu,
             Setelah melihat ke layar, ia
           tersenyum dan minta izin untuk
           mengangkat panggilan tersebut.
           Ternyata anak keduanya yang saat ini
           duduk di bangku kelas II SMA ingin
           bicara. Ahmad Yani terlibat pembicaraan
           ayah anak beberapa saat dan pada
           bagian tertentu ia terlihat sabar
           menjelaskan sesuatu-red). “Maaf ya itu
           tadi anak kedua saya masih SMA, kalau
           yang pertama baru saja diterima di
           Universitas Pajajaran, Bandung, Fakultas
           Hukum. Sepertinya melanjutkan bakat
           ayahnya,” katanya tergelak.
             Ia mengaku mendidik dan
           menanamkan sikap hidup wajar, tidak
           berlebihan kepada kedua buah hatinya.
           Misalnya untuk perjalanan ke kampus
           anaknya tetap berkenan menggunakan
           transportasi publik, seperti angkot
           atau bus. Anggota Badan Legislasi ini
           kemudian menyayangkan anggapan





                                                                              | PARLEMENTARIA  |  Edisi 96 TH. XLII, 2012 |
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49