Page 64 - MAJALAH 86
P. 64

mimpinan, team work, sampai adven-
            ture games, aku merasa kalau disuruh
            milih untuk anak mending gua suruh
            ikut pramuka, ada semua disitu. Kese-
            tiakawanan, segala macamnya itukan
            nilai-nilai yang tidak ada di ekstrakuri-
            kuler  yang  semahal  apapun,”  jelas
            sutradara terbaik FFI 2004 ini.
                Sutradara  yang  sudah  menyele-
            saikan 9 film ini mengaku terdorong
            untuk mengemas 5 Elang dengan seri-
            us. Ada hal berbeda yang dirasakannya
            setelah  menggarap  film  ini,  berinte-
            raksi dengan anggota Pramuka, mun-
            cul  rasa  kebanggaan  menggenakan
            kacu merah putih, memakai seragam
            Pramuka. Perasaan yang menurutnya
            tidak akan dirasakan anak sekolahan
            yang  hanya  mengenakan  seragam
            Pramuka sebagai pakaian wajib setiap   Nilai militerisme bisa saja menjadi ba-  gus apa sudah tidak tertolong.
            Sabtu.                            gian dari kepanduan tapi fakus pada    Rudi  Sudjarwo  berharap  pada
                “Mungkin zaman dulu sosialisasi   kedisiplinan, dan jangan menjadi jua-  saatnya kualitas film Indonesia dapat
            ke anak-anak salah, kita kayak dipak-  lan utama.                    sejajar  dengan  negara  lain.  “Kalau
            sa,”  jelasnya  ketika  ditanya  kenapa   Menata  ulang  kepanduan  Indo-  mengejar  Hollywood  sudah  terlalu
            Pramuka  gagal  jadi  pilihan  favorit   nesia hampir sama dengan penataan   jauh, kalau film kecil bisa tapi secara
            anak muda. Menurutnya yang mem-   kembali film Indonesia yang menurut-  industri sulit. Kita kejar Thailand dulu
            buat  Pramuka  tidak  friendly,  tidak   nya  memasuki  periode  terlahir  kem-  saja  yang  mungkin  baru  melewati
            bisa  diterima secara luas  karena ter-  bali  pada  tahun  2000.  Pemilik  seko-  kita  dua  langkah  karena  dukungan
            kesan kaku. Cara para pembina men-  lah  film  Reload  Center  ini  menyebut   pemerintah  mereka  yang  luar  bi-
            sosialisasikan  program  juga  terkesan   setelah 11 tahun ternyata copywriter   asa,”  imbuhnya.  Bagi  Rudi  perhatian
            kaku, jadi sesuatu yang terasa sangat   berkualitas  masih  jadi  barang  lang-  pemerintah  terhadap  film  Indonesia
            militer.  Dalam  film  5  elang  Pramuka   ka.  “Ini  masalah  kita  di  sekolah  film   masih  momentum  sifatnya,  “Kalau
            ditampilkan  lebih  fleksibel,  dengan   seakan-akan yang asyik itu hanya jadi   ada maunya.”
            menonjolkan  karakter  yang  menarik   sutradara, akhirnya semua berlomba-  Sudah  saatnya  pemerintah  juga
            perhatian. “Kan biasanya gitukan, ha-  lomba  jadi  sutradara.  Padahal  script   menjadikan  film  sebagai  media  ko-
            rus  ada  yang  kita  ikuti,  ada  follower   writer itu tidak kalah tajir, mereka bisa   munikasi  tidak  hanya  kepada  rakyat
            yang  jadi  contoh.  Itu  awalnya  yang   mengantongi  80 sampai 100 juta ru-  sendiri tetapi kepada masyarakat du-
            paling gampang membuat penonton   piah perfilm. Kalau anda bisa menulis   nia. Ini menurutnya berhasil dilakukan
            tergerak, habis nonton filmnya mera-  dalam 2 minggu saja, anda bisa lebih   dengan  effektif  oleh  Amerika.    “Film
            sa  berbeda,  supaya  ada  transisi  dari   kaya dari pada sutradara,” tandasnya.  alat  efektif  untuk  mengkomunikasi-
            kekakuan  yang  kemudian  bisa  kita   Sistem pendidikan kita yang lebih   kan ide, bicara di handphone banyak
            cairkan,” paparnya.               memposisikan murid sebagai penon-  kesalahpahaman, nulis sms pake huruf
                Pemerintah  ujarnya  juga  berpe-  ton  atau  pendengar  juga  membuat   gede dibilang marah padahal enggak.
            ran membuat munculnya image kaku   banyak  orang  tidak  terlatih  untuk   Ngomong  langsung  kalo  mood  lagi
            pada pramuka. “Kita bisa lihat tiba-tiba   bercerita. Bisa dikatakan perfilman In-  hancur  juga  bisa  menimbulkan  huru
            semua aparat rame-rame berpakaian   donesia saat ini sedang mencari ben-  hara, kalo film di ruangan yang eksklu-
            pramuka, tapi kelihatan itu formalitas   tuknya  bagaimana  menulis  skenario   sif, tertutup, fokus, tidak ada distorsi,
            sehingga  kembali  lagi,  itu  kaku  ba-  yang tidak membuat penonton bosan,   ada  dramatisasi,  ada  sound,  visual,
            nget. Kita tidak melihat Pramuka yang   sekaligus tidak kelihatan menyampai-  jadi nyampenya pesan itu lebih cepat
            playful,  yang  dimata  anak-anak  itu   kan  semuanya  dengan  verbal.  Ske-  pasti.  Kita  ingin  menunjukkan  indo-
            play,  itu  adventure.  Padalah  hakekat   nario adalah jantungnya film, seperti   nesia adalah negara yang kuat, tidak
            Pramuka  itu  playful.  Dulu  saya  tidak   blue  print  saat  membangun  rumah,   bisa dijajah lagi, itu bisa lewat film. Itu
            ikut karena upaya itu tidak kelihatan,   jadi kalau sebuah film jantungnya su-  yang tidak dimanfaatkan pemerintah
            yang menonjol stressful,” tambahnya.   dah ‘memble’ ya mau gambar seba-  kita,” tuturnya. (iky)



                                                                              | PARLEMENTARIA  |  Edisi 86 TH. XLII, 2011 | 6
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69