Page 27 - MAJALAH 130
P. 27

Oleh: Reni Suwarso, Ph.D, Direktur CEPP FISIP UI








            porasi pertanian/perkebunan dan kelompok­kelompok ma­  an signifikan bagi pembagunan Indonesia. Setiap kalangan
            syarakat yang bergerak di bidang yang sama.  Beberapa pihak   pelaku usaha tentunya sangat mengapresiasi kebijakan­kebi­
            menilai paket berjiliid ini terlalu mengistimewakan swasta dan   jakan yang dikeluarkan pemerintah. Namun tuntutan imple­
            menganaktirikan BUMN yang menjadi salah satu penopang   mentasi di lapangan yang konsisten dan terukur akan menjadi
            kekuatan ekonomi nasional. Jika kemudahan yang diperoleh   konsekuensi­konsekuensi lanjutan. Pemerintah pun harus
            swasta seperti pembelian minyak mentah yang termaktub   mampu mewaspadai para pemburu rente dalam perumusan
            dalam kebijakan ekonomi sebelumnya, tidak demikian dengan   payung hukum perundang­undangan atau pada peluncuran
            BUMN yang harus bersiasat dengan UU tentang BUMN, UU   skema program­program baru.
            tentang Perseroan Terbatas dan program Corporate Social   Kebijakan yang kita belum tahu akan mencapai di jilid bera­
            Responsibility (CSR) sekaligus.                    pa, kiranya diharapkan tidak memperlemah aspek monitoring
               Persoalan berikutnya yang menyita perhatian publik se­  dan evaluasi dari setiap program yang dikeluarkan. Indonesia
            cara luas adalah rumusan formula sistem pengupahan den­  kini bersiap­siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
            gan memasukkan variabel persentase                                 (MEA) yang akan segera diimplementasi­
            inflasi dan pertumbuhan ekonomi. In­  BAGI SEJUMLAH PENGAMAT,      kan pada 1 Januari 2016. Namun hingga
            tinya adalah upah buruh naik setiap                                saat ini kita masih sulit bersaing karena
            tahun dengan besaran yang terukur.   PAKET KEBIJAKAN SEBAIKNYA     kelemahan di berbagai hal seperti SDM
            PP Pe ngupahan mendapat penolakan                                  yang rendah, kelembagaan yang lemah,
            dari berbagai elemen buruh, salah satu   TIDAK HANYA MEMBERIKAN    kurangnya infrastruktur, biaya logistik
            penyebabnya karena dianggap berten­  KEMUDAHAN BAGI PELAKU         tinggi, dan perencanaan yang kurang
            tangan dengan Konvensi ILO Nomor 144                               matang. Pemerintah menurut hemat
            yang sudah diratifikasi oleh Indonesia.   USAHA TAPI JUGA PERLU    penulis tidak seharusnya fokus pada
            Dalam konvensi ini disebutkan bahwa   MEMPERKUAT DAYA BELI         aspek pertumbuhan semata, melain­
            pemerintah harus melibatkan pekerja                                kan juga capaian di sektor kesejahteraan
            melalui Forum Tripartit yang terdiri      MASYARAKAT.              masyarakat secara agregat seperti di
            dari pengusaha, pemerintah dan peker­                              sektor ekonomi dan sektor sosial seka­
            ja jika hendak membuata peraturan tentang Ketenagakerjaan.   ligus. Ke sejahteraan yang kami maksudkan disini tidak hanya
            Selain itu, besarnya inflasi nasional yang digunakan dalam PP   ditilik melalui perspektif ekonomi semata sebagaimana lazim
            tersebut dianggap sepihak karena hanya menggunakan data   terekam dalam Produk Domestik Regional Bruto, tetapi juga
            Badan Pusat Statistik (BPS).                       diteropong via capaian di sektor sosial, seperti pendidikan dan
                                                               kesehatan. Paket Kebijakan Ekonomi yang telah mencapai jilid
            PAKET KEBIJAKAN DAN MASALAH PEMBANGUNAN            kelimanya tentu merupakan rumusan­rumusan terbaik dari
               Bagi sejumlah pengamat, paket kebijakan sebaiknya tidak   berbagai pertimbangan pemerintahan. Hasil yang paling nya­
            hanya memberikan kemudahan bagi pelaku usaha tapi juga   ta dari paket kebijakan pemerintah dalam dua bulan terakhir
            perlu memperkuat daya beli masyarakat. Pertimbangannya   ini adalah nilai tukar rupiah yang mulai stabil dan masuknya
            adalah tanpa kenaikan konsumsi masyarakat, pelaku usaha   berbagai investasi ke dalam negeri. Ini tentu yang kita harap­
            produksi tetap akan susah berkembang. Banyaknya kebijakan   kan mampu mendorong angka­angka pertumbuhan ekonomi
            yang nantinya akan dikeluarkan bisa dipahami sebagai anti­  dalam jangka pendek. Namun rangkaian kebijakan ini masih
            sipasi terhadap situasi yang tidak pasti di kala krisis global   akan diuji implementasi lapangannya, apakah ia berada tepat
            seperti sekarang. Namun kita juga tidak hendak terjebak pada   di jalur cita­cita bernegara dan berbangsa kita, menuju ma­
            kebijakan business as usual yang tidak melahirkan perubah­  syarakat yang adil dan sejahtera. [PARLE]



                                                                                          EDISI 130 TH. XLV, 2015  27
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32