Page 48 - MAJALAH 124
P. 48

LEGISLASI




                                                                             jawab terhadap Kegagalan Peker­
                                                                             jaan Konstruksi dan Kegagalan
                                                                             Bangunan dalam hal penyeleng­
                                                                             garaan Pekerjaan Konstruksi tidak
                                                                             memenuhi standar Keselamatan
                                                                             Konstruksi yang penetapannya di­
                                                                             lakukan oleh penilai ahli yang di­
                                                                             tunjuk oleh Lembaga.

                                                                             Dari sisi penataan kelembagaan
                                                                             pengembangan jasa konstruksi
                                                                             yang menempatkan proses serti­
                                                                             fikasi sebagai instrumen me ngon­
                                                                             trol kualitas pelayanan penyedia
                                                                             jasa konstruksi memerlukan pe­
                                                                             nyesuaian terkai  dengan  aspek
                                                                             pengembangan prosedur, terutama
                                                                             dalam memperjelas kualitas akun­
          pek Keselamatan Konstruksi masih  Pekerjaan Konstruksi dan Kegaga­  tabilitas dan pembagian peran di­
          kurang mendapat perhatian yang   lan Bangunan sebagai konsekuensi  antara para pemangku kepentingan
          serius dari penyelenggara konstruk­  dari pembedaan definisi dalam ke­  di jasa konstruksi.
          si. Hal tersebut dibuktikan dengan  tentuan umum dimana Kegagalan
          banyak terjadinya peristiwa Kega­  Pekerjaan Konstruksi merujuk pada   Prosedur yang perlu ditata kembali
          galan Bangunan maupun Kegagal­   kegagalan selama proses pengerjaan   terkait dengan  prosedur registrasi,
          an Pekerjaan Konstruksi yang me­  dan pelaksanaan, sedangkan Kega­  sertifikasi maupun lisensi yang mu­
          ngakibatkan Kegagalan Bangunan,   galan Bangunan merujuk pada kega­  lai banyak dipertanyakan fungsinya
          yang seringkali menimpa pekerja   galan hasil akhir bangunan setelah   dalam pengembangan usaha jasa
          maupun pihak di luar penyelenggara   diserahkan. Pembedaan ini menjadi   kontruksi.
          Pekerjaan Konstruksi dan membawa   penting agar jelas pengenaan tang­
          akibat hukum yang serius.        gung jawab dan sanksi serta penen­  Kelembagaan jasa konstruksi ada
                                           tuan kegagalan yang terjadi.      dua yaitu lembaga pengembangan
          Peristiwa kegagalan pembangunan                                    dan Badan Akreditasi dan Sertifi­
          atau konstruksi akhir­akhir ini baik   Secara definitif Kegagalan Bangun­  kasi Jasa Konstruksi.
          diakibatkan oleh kesalahan proses  an adalah keadaan bangunan yang
          maupun keadaan diluar kuasa ma­  tidak berfungsi, baik secara keselu­  Pembentukan dua lembaga ini di­
          nusia, menyisakan persoalan terkait  ruhan maupun sebagian dari segi  dasari untuk mengembalikan fung­
          dengan kualitas dan tanggung ja­  teknis dan manfaat, sebagai akibat   si pengembangan dan pembinaan
          wab penyedia dan penggunaannya.   kesalahan Penyedia Jasa atau Peng­  sektor jasa konstruksi secara utuh
          Aspek ini perlu dipertegas terkait  guna Jasa setelah penyerahan akhir   dan tidak dicampuri oleh fungsi
          dengan tanggung jawab, serta pro­  Pekerjaan Konstruksi. Sedangkan   pemberian akreditasi dan sertifika­
          ses pengawasan dan penilaian pada   Kegagalan  Pekerjaan  Konstruksi  si penyelenggaraan kegiatan sektor
          saat proses penyelenggaraan kon­  adalah keadaan  hasil Pekerjaan   jasa konstruksi.
          struksi berlangsung ataupun saat   Konstruksi yang tidak sesuai de­
          ditemukan atau terjadi kegagal­  ngan spesifikasi pekerjaan se­    “Dengan pengaturan yang kompre­
          an konstruksi atau bangunan baik  bagaimana disepakati dalam Kon­  hensif melingkupi berbagai aspek
          yang berakibat pidana maupun itu­  trak Kerja Konstruksi baik sebagian  dalam sektor jasa konstruksi, maka
          dak. “Aspek ini pengaturannya ha­  maupun keseluruhan sebagai akibat   RUU ini diharapkan memenuhi ke­
          rus memberikan jaminan kepastian   kesalahan Pengguna Jasa atau Pe­  butuhan hukum  dan kebutuhan
          hukum,” tegasnya.                nyedia Jasa dan/atau tidak sesuai   masyarakat, serta lebih memberi­
                                           dengan standar Keselamatan Kon­   kan jaminan kepastian hukum,
          Pada UU No.18/1999, hanya diatur   struksi.                        khususnya kepada masyarakat jasa
          mengenai Kegagalan Bangunan.                                       konstruksi dan masyarakat secara
          Dalam RUU ini, dibedakan kegagal­  Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa  keseluruhan,” tegasnya. (as) Foto:
          an konstruksi menjadi Kegagalan   menjadi pihak yang bertanggung   Iwan Armanias, Agung/Parle/HR



          48 PARLEMENTARIA  EDISI 124 TH. XLV, 2015
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53