Page 6 - MAJALAH 153
P. 6

PROLOG


















































                    Melepas Ketergantungan Utang  Mimpikah




              Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla masih mengandalkan utang untuk menutup defisit
              APBN 2018. Salah satu yang membutuhkan anggaran besar dalam APBN adalah infrastruktur.
              Ketika penerimaan negara tak cukup lagi membiayai pembangunan, utang jadi andalan. Kritik
                     dan saran sudah disampaikan DPR RI, agar pemerintah bijak mengelola utang.


                      ari data  yang ada,  utang   tertekan berat, menambah utang sekitar   menciptakan pembangunan berkeadilan
                      Pemerintahan  Jokowi  jauh   Rp 380 triliun.              dan berhati-hati mengelola utang.
              Dmelampau           pemerintahan    Era Gus Dur meninggalkan utang   Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto
              sebelumnya. Posisi utang pemerintah   Rp 200 triliun, Megawati Rp 27 triliun,   kepada Parlementaria berpandangan,
              saat ini Rp 3.800 triliun. Lalu, dikabarkan   dan  SBY  yang  memerintah  selama   utang  untuk  pembangunan  tak
              ada surat utang terbaru yang dibeli   sepuluh tahun Rp 1.400 triliun. Sangat   masalah berapa pun besarnya selama
              senilai Rp 199 triliun. Jadi, hampir   jelas  perbandingan  para  presiden  yang   dimanfaatkan untuk sektor produktif.
              Rp 4.000 triliun yang berarti dua kali   memimpin negeri ini dalam mengambil   Yang perlu dikritik, saat ini utang terus
              lipat pembiayaan APBN. Sebagai   kebijakan utang. Agresivitas membangun   naik, tapi laju pertumbuhan ekonomi
              perbandingan,  Presiden  Soeharto  infrastruktur  seperti  ditunjukkan  tidak ikut naik. GDP tidak naik signifikan,
              mewarisi utang Rp 551,4 triliun. Di masa   Jokowi, memang, butuh anggaran besar.   dunia industri tidak memberi kemajuan
              BJ. Habibie, saat ekonomi Indonesia   Pemerintah sendiri menyampaikan, ingin   berarti, dan daya beli masyarakat turun.


              6  |  PARLEMENTARIA n Edisi : 153 TH. XLVII 2017
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11