Page 10 - MAJALAH 153
P. 10
LAPORAN UTAMA
Utang Luar Negeri Bisa Mengguncang
Utang harus dikelola dengan bijak. Semangat membangun infrastruktur tak boleh mengikis
kearifan pemerintah dalam mengelola utang. Risiko yang muncul di masa depan harus jadi
perhatian serius terutama ancaman gagal bayar. Utang luar negeri suatu saat bisa saja
mengguncang Republik.
iang itu, Parlementaria bertandang
ke ruang Wakil Ketua Komisi XI
SDPR RI Achmad Hafisz Tohir
untuk sesi wawancara eksklusif. Ramah
menyapa, ia pun mengajak berbincang
seputar perkembangan ekonomi
terakhir di negeri ini. Kebijakan utang
jadi topik menarik di tengah agresivitas
pemerintah membangun infrastruktur.
Menurut Hafisz, pemerintah boleh
berutang berapa pun, selama itu
dimanfaatkan untuk sektor produktif.
Saat ini, posisi utang pemerintah
Rp 3.800 triliun. Terakhir ada surat
utang terbaru yang dibeli senilai Rp foto : Oji/iw
199 triliun. Jadi, semuanya mencapai
Rp 3.999 triliun. Jumlah itu hampir dua Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Achmad Hafisz Tohir
kali lipat biaya APBN. Dengan asumsi
makro yang ada, maka utang kita di Tetapi sampai kuartal III di 2017 ini yang dapat menggoncangkan sisi
2018 bisa mencapai Rp 4.005 triliun pertumbuhan masih stagnan di 5,02 ekonomi dan politik kita jika terjadi
atau 30 persen dari PDB di akhir 2018 persen,” jawab Hafisz. sesuatu di Republik ini. Angka 34
nanti. Sehatkah melihat fakta utang Untuk tumbuh ke 5,2 persen, persen bukan angka yang kecil,” kilah
Indonesia ini? sambung Hafisz, perlu lonjakan di politisi PAN tersebut. Ia menambahkan,
“Utang harus dilihat dari sisi kuartal IV atau semester II. Di akhir utang di dalam negeri yang 54 persen
pemanfaatan. Kalau dia dimanfaatkan Desember nanti harus tumbuh di atas juga harus diwaspadai. Pasalnya, boleh
untuk sektor produktif, maka utang 5,4 persen. Bicara ancaman gagal bayar, jadi utang pemerintah di dalam negri
berapa pun akan positif bagi anak Hafisz mengungkapkan, sebagian yang dimiliki para investor domestik
bangsa ini. Tinggal kita melihat apakah besar utang pemerintah berada di itu sesungguhnya dikendalikan orang-
selama tiga tahun ini utang tersebut dalam negeri dalam bentuk rupiah. orang dari luar negeri.
kita gunakan pada sektor produktif. Besarannya sekitar 52 persen. Artinya, Hafisz menambahkan, soal
Ini masih tanda tanya besar. Kalau secara politik dan teknis, utang tersebut pembayaran utangnya sendiri berupa
betul untuk sektor produktif, maka masih terkendali. Sementara utang di cicilan dan bunga tentu mempunyai
pertumbuhan itu harusnya melebihi luar negeri kurang lebih 34 persen atau konsekuensi tersendiri. Anggaran
dari yang ada saat ini, yaitu 5,01 persen. Rp 1.200 triliun. yang terserap untuk membayar utang
Target kita kan 5,2 persen di 2017 ini. “Ada porsi utang Rp 1.200 triliun bisa menurunkan alokasi anggaran
10 | PARLEMENTARIA n Edisi : 153 TH. XLVII 2017