Page 27 - MAJALAH 143
P. 27
lain adalah faktor resiko antara lain proses perizinan bahwa kewenangan Pemda berkaitan panas bumi dialihkan
disebabkan kurang pahamnya Pemda terkait kegiatan ke provinsi. Hal ini perlu disikapi dan dicermati oleh
eksplorasi dan eksploitasi panas bumi di daerahnya, serta Pemda, bila tidak maka risiko masih tetap ada sehingga
ketidaktahuan bagaimana proses lelang panas bumi dan perlu diatasi secara serius dan konprehensif.
nilai investasinya. Ke depan hal ini tidak menjadi persoalan Harapan ke depan, panas bumi dapat memberikan
lagi sehingga dukungan pemda sangat buat. kontribusi terhadap ketahanan energi di Indonesia di
masa datang. Energi fosil suatu saat akan habis, maka
semoga energy panas bumi dapat menjadi penyedia
sumber energi dengan dukungan penuh Pemerintah
dan semua pihak terkait. Tidak mustahil 10.000 MW
untuk di Jawa-Bali dapat disuplai dari panas bumi.
Pengembangan panas bumi terus dilakukan supaya
kekayaan tersebut tidak sia-sia. Masyarakat Indonesia
pun bisa memperoleh energi yang bersih dan tak akan
Energi fosil suatu saat akan habis,
habis. Hingga 2025, Kementerian ESDM menargetkan
maka semoga energi panas bumi kapasitas terpasang listrik dari panas bumi bisa
dapat menjadi penyedia sumber mencapai 6.500 - MW7.000 MW. Agar target tersebut
bisa tercapai, maka setiap tahun penggunaan panas
energi dengan dukungan penuh
bumi harus ditingkatkan hingga kurang lebih 600 MW.
Pemerintah dan semua pihak terkait. Pemerintah harus memberikan segala macam
Tidak mustahil 10.000 MW untuk di kemudahan untuk mempercepat pengembangan
Jawa-Bali dapat disuplai dari panas geothermal, Misalnya dengan penciptaan regulasi-
regulasi yang mempermudah dan memberi insentif
bumi. Pengembangan panas bumi untuk pengembangan panas bumi melalui peraturan
terus dilakukan supaya kekayaan pemerintah. Selain itu secara silmultan, Indonesia
tersebut tidak sia-sia. Masyarakat mempersiapkan SDM mengingat yang ada sekarang
ini memang masih kurang, namun beberapa kerjasama
Indonesia pun bisa memperoleh yang dibuat oleh Asosiasi Panasbumi Indonesia
energi yang bersih dan tak akan (API) dengan beberapa institusi di luar negeri serta
habis. pemerintah sudah mulai mempersiapkan tenaga-
tenaga ahli (SDM) panas bumi. Akan tetapi, dikarenakan
belum maksimalnya pengembangan panas bumi maka
tenaga ahli yang sudah dipersiapkan belum dapat
terserap dengan baik.
Permasalahan utama lainnya adalah soal investasi
yang memang harus dikalkulasi sejauhmana nilai break
even point atau rate of return investasi panas bumi yang
Penutup bisa diperoleh. Modal untuk membangun pembangit listrik
tenaga panas bumi sangatah besar. Lokasi pengeboran
Dalam upaya mengakselerasi pemanfaatan energi pun tidak bisa sembarangan dan rata-rata jauh dari
panas bumi untuk energi listrik, pemerintah perlu kota/ibu kota kabupaten, dan sebagian besar berada di
meyakinkan investor (dalam dan luar negeri) untuk sekitar lempeng tektonik yang memiliki temperatur tinggi
berpartisipasi dalam pengembangan panas bumi. yang dapat menghasilkan sumber panas bumi. Melihat
Kebijakan/peraturan serta dukungan dari masyarakat potensi, manfaat, dan kecilnya efek terhadap lingkungan,
tentunya dapat mempercepat pengembangan panas energi panas bumi adalah energi yang sangat ideal untuk
bumi Indonesia. Dengan besaran investasi US$4-6 juta dikembangkan di Indonesia, terutama untuk memenuhi
per MW sudah sewajarnyalah didapatkan dukungan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat setiap
pemerintah untuk proses pengembangan sektor panas tahunnya.n
bumi ini. Permasalahn izin eksplorasi yang lama dinilai
akan membuat investor merugi karena pembangunan Juli Panglima Saragih dan Mandala Harefa
pembangkit akan berjalan lambat. Hal ini dikarenakan Kedua Penulis adalah Peneliti Ekonomi-
proses lelang berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
PARLEMENTARIA l EDISI 143 TH. XLVI - 2016 l 27