Page 32 - MAJALAH 158
P. 32
PROFIL
PROFIL
Sosoknya murah senyum dan sangat ramah. Saat karet, sampai akhirnya ada salah
Parlementaria mendatangi ruang kerjanya di Gedung satu tokoh di desa yang mendirikan
Madrasah.
Nusantara I DPR, ia menyapa penuh keakraban. Kepada Hal itu disambut gembira oleh
Reporter Ria Nur Mega dan Fotografer Runi Sari Budiati, Marwan yang memiliki semangat
ia menceritakan banyak hal tentang masa kecilnya di membara untuk belajar. Di Madrasah
Tsanawiyah (Mts) Ar-Rosidiyah, Marwan
desa dan kenangan masa mudanya di Kota Medan. Inilah kembali melanjutkan pendidikannya.
Marwan Dasopang, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI. Namun, bukan berarti ia berhenti
membantu orang tuanya. Kegiatan
menyadap karet untuk memenuhi
ari Minggu, menjadi salah ialah perihal objek remeh, namun kebutuhan hidup, tetap dijalani Marwan
satu hari yang sangat krusial. sebelum masuk sekolah pukul 16.00-
ditunggu oleh Marwan “Waktu kecil, ayah saya pernah 18.00 WIB. Marwan tak kenal letih untuk
kecil, karena hari itu adalah mengilustrasikan bahwa suatu hari terus menuntut ilmu.
Hhari dimana ayahnya nanti ada orang yang akan menemukan “Kami harus punya tekad yang
selalu memberikannya Koran Angkatan alat yang bisa membungkus cahaya, kuat untuk bisa sekolah. Dalam
Bersenjata selama satu minggu lalu dilepaskan pada saat malam hari kebimbangan, kekejaman karena tidak
terakhir. Marwan kecil sangat mencintai untuk menerangi desa. Ungkapan difasilitasi negara, saya tetap punya
koran, karena terinspirasi dari falsafah sederhana itu merangsang cara tekad kuat untuk sekolah. Karena
gurunya yang mengatakan ‘Bila ingin berpikir saya, karena waktu itu belum modal pendidikan di pesantren yang
MARwAN DASoPANG,
wakil Ketua Komisi VIII DPR RI.
Tekad Kuat Anak Desa
Padang lawas Utara
mengetahui sesuatu, maka rajinlah ditemukan teknologi tenaga surya. mengajarkan sifat sabar dan qana’ah,
membaca’. Baginya, koran bukan Tapi apa yang dia sampaikan arahnya maka perasaan didzalimi terhapus
sekedar bisa menambah pengetahuan, untuk masa depan,” ungkapnya, seraya dengan sendirinya. Maka saya selalu
namun juga menjadi penyemangat mengagumi ajaran ayahnya yang menerapkan Man Jadda Wa Jada
hidup untuk mewujudkan tekadnya menjadikan Marwan sosok anak kecil (Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti
mengubah nasib diri dan keluarganya. yang punya rasa ingin tahu tinggi serta akan mendapatkan hasil),” ungkapnya.
Tak ada selembar koranpun yang pemikiran yang kritis. Marwan tidak pernah lelah
terlewatkan untuk dibaca, semuanya Di luar itu, Marwan tetaplah seorang untuk memuaskan diri akan hausnya
sangat berarti bagi anak desa yang anak kecil lugu yang memiliki angan- menambah wawasan pengetahuan.
waktu itu tidak menikmati teknologi, angan sederhana. Marwan hanya ingin Lulus dari MTs, ia melanjutkan ke
bahkan jejak mobil pun tak tampak menjadi seperti sosok yang ada di Madrasah Aliyah (MA) di Pesantren
di mata Marwan yang tinggal di kalender rumahnya waktu itu, yaitu Al-Mukhtariyah. Lulus dari MA, Marwan
desa terpencil di Desa Pangikiran, Presiden RI ke-2 Soeharto. Namun, muda melanjutkan studi di Institut
Kecamatan Halongonan, Kabupaten Marwan kecil tidak begitu mengenal Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera
Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. sosok Soeharto, dia hanya ingin Utara di Medan. Namun, tidak semudah
Marwan memulai jenjang berpakaian seperti Soeharto di dalam itu Marwan bisa duduk di bangku
pendidikan formalnya di SD Negeri kalender, yang duduk dengan tangan kuliah. Marwan juga mengajar ngaji
Rondaman, pada tahun 1976. Marwan menyatu dengan pakaian jas dipadu untuk sekadar memenuhi kebutuhan
ingat betul, ayahnya yang seorang dasi segitiga. hidup dan biaya kuliah. Namun,
pengetua serta guru ngaji di desanya, Lulus jenjang SD, Marwan tidak keinginan untuk mengubah diri menjadi
sering mengilustrasikan suatu hal yang langsung melanjutkan sekolah karena orang terpandang terus terpatri.
jangkaunnya masa depan. Ilustrasi keterbatasan ekonomi, serta tidak ada Dengan itulah, ia bekerja dan bergaul
sederhana ayahnya menjadikan fasilitas yang diberikan oleh negara. dengan banyak orang.
Marwan anak yang penuh imaji Untuk itu, selama dua tahun berlalu, Hobi membaca koran, terus
dalam dunia fantasi dan selalu ingin hari-hari Marwan disibukkan dengan mengiringi langkah Marwan hingga
menjadikan perspektif nyata. Fantasinya membantu orang tuanya menyadap duduk di bangku kuliah. Rubrik Opini
32 PARLEMENTARIA 158 XLVIII 2018

