Page 56 - MAJALAH 94
P. 56
Bersama Wakil Rakyat di Studio negara ini merdeka”, katanya. adalah intensibel, yang berarti tata
RRI Gedung Nusantara III DPR RI Dedi menambahkan, kita belum nilai atau adat istiadat seperti perilaku
menyatakan, selama ini Indonesia memahami bahwa kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan sehari-
memang belum memiliki visi kebu- itu merupakan bagian yang tidak hari dan diturunkan dari generasi ke
dayaan sebagai strategi terhadap terpisahkan dari sebuah negara, generasi selanjutnya.
perlindungan kebudayaan–kebuda- negara tercipta karena ada campur “Kita seharusnya bersyukur ten-
yaan yang dimiliki. Hal tersebut bisa tangan budaya didalamnya, yang tang apa yang terjadi sekarang,
dilihat dari politik anggaran untuk merupakan mata air dari kehidupan bahwa pengklaiman Malaysia yang
kebudayaan yang masih sangat kecil. bangsa ini. dilakukan secara bertubi-tubi kepada
Dedi membandingkan postur “Sesungguhnya dalam mengurus kebudayaan kita merupakan cambu-
anggaran Indonesia yang sangat bangsa jangan hanya soal perut saja, kan yang sangat keras bagi negara
jauh berbeda dengan Malaysia. terlalu naïf jika hanya mengurus Indonesia untuk lebih memperhatikan
Kementerian Pariwisata Malaysia ekonomi. Apalagi di koran sekarang dan menjaga warisan leluhur yang
menganggarkan lebih dari 200 juta US pertumbuhan ekonomi 6% dari ditinggalkan dan diwariskan kepada
dollar untuk promosi pariwisatanya, sisi makro. Pertumbuhan ekonomi generasi selanjutnya”, terang politisi
sedangkan di negara kita anggarannya tersebut hanya diukur dari bursa dari PDI Perjuangan.
tidak lebih dari Rp 500 miliyar. efek dan pertukaran valuta asing, Yang menjadi permasalahan saat
“Para pemimpin bangsa ini belum tapi kesenjangan ekonomi sosial ini adalah masyarakat asal Indonesia
mengedepankan kebudayaan sebagai di masyarakat tidak, yang miskin yang ratusan tahun berada di Malaysia
basis instrument dan sebagai alat banyak. Jadi tidak bisa diukur hanya meminta perhatian pemerintah
media dari proses pembangunan watak dari koran-koran saja,” jelas Dedi. Malaysia dalam hal keuangan untuk
bangsa. Bahkan kita tidak memahami Pengklaiman kebudayaan negara melesatarikan tarian Tor-Tor dan
bahwa kebudayaan adalah sebagai Indonesia bukanlah hal baru di Gondang Sembilan. Namun ada syarat
mata air dari semua kegiatan aktivitas telinga kita, menurut Dedi. Sejak 2010 yang harus dipenuhi, kebudayaan
manusia dalam konteks hubunganya dirinya telah meminta pemerintah tersebut harus didaftarkan dulu
sebagai konstruksi kebangsaan,” untuk sesegera mungkin mendata, dalam akte kebangsaan baru bantuan
tegas Dedi. Selain itu, Lanjutnya, menginventarisir, dan mendaftarkan tersebut bisa diberikan.
Kebudayaan belum dijadikan sebagai kebudayaan kita kepada UNESCO Menanggapai hal tersebut de-
PR (Public Relations) bangsa dalam sebagai warisan benda dunia asli ngan tegas politisi yang juga akrab
proses pembentukan citra bangsa. Indonesia yang terutama memiliki disapa dengan Miing menyatakan
Menurut Dedi, ini harus menjadi potensi gesekan atau pengklaiman bahwa hak cipta tarian Tor-Tor dan
kritis kritik terhadap Kementerian dari negara atau bangsa yang Gondang Sembilan adalah milik
Pendayagunaan Aparatur Negara. serumpun khususnya Malaysia. negara Indonesia, dan yang berhak
Ketika kebudayaan atau kebudayaan “Malaysia sangat jeli melihat atas tarian tersebut adalah Tapanuli
pariwisata kemudian ditempel men- bahwa Indonesia tidak begitu mem- yang merupakan bagian dari negara
jadi Kementerian Pendidikan dan perhatikan kebudayaannya sen- Indonesia.
Kebudayaan seperti saat ini. diri, sehingga Malaysia manfaatkan “Saya kira akan lebih arif kalau
“Dari nama klatur itu saja sudah kesempatan itu untuk menambahkan pemerintah Indonesia melalui duta
mengindikasikan bahwa kita tidak warisan kebudayaanya yang sesuai besarnya di Malaysia memanggil war-
memahami kebudayaan adalah se- dengan take line mereka Malaysia ga Mandailing yang ada di Malaysia,
bagai mata air dari semua kegiatan Truly Asia,”papar Anggota Komisi kalau memang butuh subsidi
aktivitas manusia dalam konteks dan Pendidikan, Kebudayaan dan Pari- seharusnya mengatakannya kepada
hubungannya sebagai konstruksi wisata ini. Pemerintah Indonesia agar bisa
kebangsaan. Mestinya kebudayaan Dijelaskan Dedi, bahwa sebenar- dikembangkan disana. Kalau Malaysia
dan pendidikan, karena pendidikan nya kebudayaan itu ada dua, dimana yang membantu silahkan, tapi tidak
itu instrument dari kebudayaan”, ujar produk kebudayaan yang pertama serta merta dengan memberikan
Dedi. disebut dengan kebudayaan tensibel subsidi atau bantuan pengembangan
Semestinya menurut Dedi, kebu- yang artinya merupakan hasil kesenian lantas mereka mengakui
dayaan tidak menjadi tempelan kebudayaan yang nyata seperti bahwa ini adalah kesenian asli
kementerian lain, seharusnya memiliki situs benda cagar budaya, pakaian Malaysia,” tandasnya.
kementerian sendiri agar focus dan adat, dan kesenian tradisional yang Dedi menilai, Pemerintah Indo-
memiliki wilayah serta kewenangan merupakan warisan abdi luhur yang nesia tidak terlalu memperhatiakn
sendiri. “Karena seharusnya UU memang berbentuk nyata atau fisik. kebudayaan yang dimiliki, walaupun
Kebudayaan telah dibuat semenjak Sedangkan yang satunya lagi memang kebudayaan tersebut asli
| PARLEMENTARIA | Edisi 94 TH. XLII, 2012 |