Page 57 - MAJALAH 134
P. 57

Pentingnya BOPTN                                                    berjalan, tapi masih tumpang tindih
                  Anggota Komisi X DPR Dwita                                       dalam pelaksanaan dilapangannya,”
               Ria Gunadi menegaskan, Biaya                                        kata Ketua Panja Perfilman Abdul
               Operasional Perguruan Tinggi                                        Kharis Almasyhari di ISI Bali, Sabtu
               Negeri (BOPTN) merupakan hal                                        (27/2/2016).
               yang penting untuk menunjang                                           Lebih Lanjut Kharis mengatakan,
               pendidikan tinggi. Dengan adanya                                    film memiliki peran penting sebagai
               BOPTN, dapat menutupi kekurangan                                    alat pendidikan, penerangan,
               biaya operasional di perguruan tinggi,                              dan alat budaya. sehingga seiring
               dengan tidak adanya kenaikan uang                                   dengan program pemerintah,
               kuliah (SPP) dan menggunakan Uang                                   untuk itu pemerintah harus hadir
               Kuliah Tunggal (UKT) pada PTN.                                      dan mendukung industri perfilman
               Sehingga, jika ada penurunan BOPTN,                                 Indonesia.
               dikhawatirkan akan berpengaruh                                         Dalam kesempatan yang sama
               terhadap besaran UKT.                                               Anggota Komisi X DPR RI dapil Bali Ida
                  Ketua Tim Kunjungan Kerja                                       Foto: Dok  Bagus Putu Sukarta menilai, dengan
               Spesifik Komisi X DPR RI ke Provinsi                                adanya Panja ini, diharapkan dapat
               Jawa Barat, Ferdiansyah, mengatakan                                 membuat seluruh asosiasi perfilman
               bahwa kunjungan ini terfokus pada         Anggota Komisi X DPR ,    di bawah Badan Perfilman Indonesia
               pelaksanaan BOPTN. Sehingga                Dwita Ria Gunadi         (BPI) ), Pusat Pengembangan Per-
               pihaknya menggali dan menyerap                                      filman, dan Lembaga Sensor Film
               aspirasi tentang berbagai persoalan   masukan– masukan dari berbagai   (LSF) dan Persatuan Artis Film Indo-
               dan tantangan yang mengemuka      pihak selaku pengguna BOPTN, yaitu   nesia (PARFI) juga pelaku industri
               dalam persiapan dan pelaksanaan   perguruan–perguruan tinggi terkait   film semakin kompak. Pasalnya,
               kebijakan dari Perguruan Tinggi   kondisi penurunan anggaran ini,”   selama ini belum ada kesepahaman
               Negeri di Jawa Barat tentang BOPTN.  jelas Dwita.                   yang sama antar asosiasi dan pelaku
                  Demikian ditegaskannya saat                                      industri film.
               bertemu dengan Rektor, Wakil, Dekan,   Jaring Masukan ISI              “Perlu koordinasi dan sinergi antar
               BEM dan dosen-dosen Univestitas      Terkait RUU perubahan atas UU   lembaga yang berkepentingan, yakni
               Padjadjaran dan Institut Teknologi   no.33 tahun 2009 tentang Perfilman,   Badan Perfilman Indonesia (BPI),
               Bandung, Direktur Politeknik      implementasi undang-undang ini    Pusat Pengembangan Perfilman, dan
               Manufaktur Bandung (Polman        mengalami banyak kendala, hal ini   Lembaga Sensor Film (LSF). Mereka
               Bandung), Direktur Politeknik Negeri   dapat di lihat dari sedikitnya jumlah   terlihat berjalan sendiri-sendiri. Untuk
               Bandung (Poltek Bandung) Rektor   produksi film nasional yang berkualitas,   LSF memang harus melibatkan antar
               UPI, Rektor Unsil dan Rektor STSI   minimnya akses masyarakat terhadap   komisi dalam hal ini Komisi I DPR
               di Gedung Rektorat ITB, Bandung,   film sekitar 12 persen serta akan   RI sehingga kebijakan yang di ambil
               Jawa Barat, Kamis (25/02/2016)    dicabutnya Daftar Negatif Investasi   untuk memajukan industri film tidak
               lalu. Kunjungan spesifik ini dipimpin   (DNI) terhadap industri film dalam hal   tumpang tindih.
               oleh Wakil Ketua Komisi X DPR,    ini asing bisa memiliki saham seratus   Ada beberapa poin permasalahan
               Ferdiansyah (F-PG).               persen.                           yang menguat dalam diskusi yang
                  “BOPTN ini dibutuhkan oleh        “Dari permasalahan yang bera-  dilakukan tim Panja Perfilman Komisi
               mahasiswa–mahasiswa  untuk        gam itu, tidak ada landasan hukum   X DPR dengan ISI Bali di antaranya
               menunjang pendidikan ini. Tapi kalau   yang pasti bagi para pelaku industri   permasalahan gedung bioskop yang
               misalnya BOPTN ini besarannya     perfilman. Untuk itu, Panja Revisi   mahal dan tidak adanya panggung
               semakin berkurang, dikhawatirkan   UU Perilman Komisi X DPR menilai   pertunjukkan film untuk masyarakat,”
               Uang Kuliah Tunggal itu yang      bahwa industri perfilman perlu    ungkapnya.
               meningkat. Memang kita harus      di revisi. Selama ini industri film   “Karena itu tim panja perfilman ini
               bicarakan ini dengan Menteri Riset,   nasional ataupun lokal kurang ber-  berharap, dengan dibentuknya Panja
               Teknologi dan Pendidikan Tinggi,”   kembang. Dalam implementasi     Perfilman ini, menjadi momentum
               kata Dwita.                       Undang-undang No 33 tahun 2009    baik untuk menumbuhkan film
                  “Untuk revisi mengenai besaran   tentang Perfilman, banyak yang   Indonesia lebih baik dan masyarakat
               BOPTN di tahun anggaran 2016      sangat multitafsir. Bahkan hingga   Indonesia diharapkan makin     (iwan, eka, andri)
               ini, akan kita bahas pada Mei nanti   saat ini, belum ada PP atau Permen   mengapresiasi film-film Indonesia
               dan kemungkinan kita meminta      dari UU ini. Sehingga, industri ini   yang berkualitas,” pungkas Kharis.




                                                                            PARLEMANTARIA z  EDISI 134 TH. XLVI - 2016  l  57
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62