Page 52 - MAJALAH 134
P. 52
PROFIL
Foto: Rizka
Waktu jeda istirahat bersama kolega di Komisi III
kemiskinan itu sendiri, salah satunya karena sebuah sistem yang tidak adil, untuk tinggal di rumahnya, namun
dengan cara merantau ke daerah sistem yang hanya memihak orang- juga menggratiskan uang kost. Tapi
lain. Sejatinya ia ingin langsung orang tertentu saja,”akunya. gantinya saya harus ikut membantu
hijrah ke ibukota, sayangnya karena Dari sana, timbul keinginan pekerjaan rumah Pak Haji dan Bu
keterbatasan biaya yang dimiliki lamanya untuk merubah nasib sanak Haji, seperti menimba air di sumur,
kedua orangtuanya, ia urungkan saudara dan masyarakat kampung menyapu dan mengepel rumah, serta
niat itu. Ia memilih kota lain yang halamannya yang dianggapnya sebagai ikut mencuci piring,”kata Benny.
biaya hidupnya lebih murah sebagai korban dari sebuah sistem. Hal itu yang Disitulah Benny belajar banyak
tempatnya merubah nasib. menjadi salah satu inspirasi sekaligus tentang pluralisme, dimana Tuhan
alasannya mengambil fakultas hukum menciptakan manusia dengan segala
Hijrah Untuk Merubah Nasib sebagai ilmu yang akan didalaminya. perbedaan, dari bangsa, daerah
Atas restu dan tentunya biaya Setibanya di Malang, pelajaran dan agama tentunya untuk saling
dari kedua orangtuanya, Benny pun hidup pertama diterimanya lewat mengenal dan menghargai satu sama
meninggalkan kampung halamannya. bapak dan ibu kost. Saat itu atas lain. Bahkan tidak jarang Benny juga
Malang, Jawa Timur menjadi tempat campur tangan Tuhan, langkah kaki mendiskusikan tentang agama kepada
pertama persinggahannya untuk Benny terhenti di sebuah rumah kost teman-temannya yang beragama non
merubah nasib. Di sana ia mendapat yang pemiliknya merupakan suami muslim.
kesempatan untuk kuliah di satu- istri asal Madura beragama Islam. Pak Di bangku kuliah, jiwa aktivis
satunya universitas negeri di daerah Haji begitu Benny menyebutnya, tak Benny muncul. Ia ikut bergabung
tersebut, yakni Universitas Brawijaya keberatan rumahnya diisi oleh anak dalam organisasi kemahasiswaan
(Unibraw). kost yang beragama non muslim seperti BEM (badan eksekutif mahasiswa),
“Dulu saya sempat menilai Benny. Tidak hanya mengijinkan Benny bahkan ia pernah menjadi salah satu
bahwa kemiskinan itu terjadi karena tinggal di rumahnya, Pak Haji itupun pengurusnya. Tidak hanya aktif dalam
kemalasan. Dengan kata lain, orang membebaskan Benny dari segala biaya kegiatan ektrakurikuler, saat itu
menjadi miskin karena malas. Namun kost. Benny mulai menulis artikel tentang
setelah dewasa saya berpandangan “Saya senang sekali, saya seperti hukum dan politik baik di media
lain bahwa kemiskinan itu terjadi mendapat orangtua angkat. Pak internal kampus, maupun media
bukan hanya karena malas, tapi juga Haji tidak hanya mengijinkan saya massa nasional. Dari hasil menulis
52 l PARLEMANTARIA z EDISI 134 TH. XLVI - 2016

