Page 71 - Stabilitas Edisi 187 Tahun 2022
P. 71

UU Perkoperasian
            Rentetan kasus yang menimpa
          koperasi itu membawa pemikiran dari
          beberapa stakeholder untuk meminta
          Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
          tentang Perkoperasian direvisi. Hal itu
          bahkan disuarakan sendiri oleh sang
          menteri. “Jadi kami sampaikan perlunya
          untuk menyusun UU Perkoperasian yang
          baru sebagai ganti UU Nomor 25 Tahun
          1992 Tentang Perkoperasian agar sistem
          perkoperasian dapat ditata ulang,” kata
          Teten.
            Menurut mantan aktivis antikorupsi
          itu, aturan yang sudah berusia 30 tahun
          itu sudah obsolete (using) dan tidak
          memberikan kewenangan yang cukup
          kepada Kementerian Koperasi dan
          UKM untuk mengawasi jenis KSP yang
          volumennya besar dan kantor cabangnya
          menyebar di banyak kota.
            Hal senada diungkapkan Ketua
          Satgas Penanganan Koperasi Bermasalah
          Agus Santoso. Dia menambahkan, selain
          aturan sudah terlalu lama, Kemenkop
          UKM juga tidak diberi wewenang
          yang cukup untuk mengatur perizinan,
          lingkup usaha, dan pengawasan terhadap
          koperasi simpan pinjam. Termasuk juga                                   Pada Mei lalu, Pemerintah
          terhadap KSP yang izinnya diterbitkan
          oleh pemerintah daerah. “Satgas                                         mengatakan sedikitnya
          tugasnya mengawal agar hak-hak                                          ada delapan koperasi
          anggota dapat terpenuhi sesuai dengan                                   yang bermasalah yang
          homologasi dan perlu menjaga agar tidak                                 kini berada di bawah
          terdapat koperasi yang masuk proses                                     pengawasan Satgas
          kepailitan, walaupun ditengarai ada                                     Penanganan Koperasi
          beberapa pihak yang menginginkan itu,”                                  Bermasalah.
          ujar Agus.
            Lebih lanjut, Agus juga         sehingga permohonan PKPU atau pailit
          mengungkapkan, pembentukan satgas   yang pada akhirnya dapat berujung
          secara tidak langsung akan menguatkan   pada likuidasi, idealnya harus disepakati
          literasi perkoperasian dan agar tidak   di RAT atau RALB, bukan merupakan
          terlalu mudah melakukan upaya hukum   keputusan individu anggota tertentu.
          untuk mempailitkan Koperasinya sendiri.   Namun disadari bahwa hal tersebut   sesuai dengan RPJMN 2020-2024, target
          Karena sejatinya anggota koperasi adalah   tidak diatur dengan cermat di dalam   kontribusi koperasi terhadap Produk
          juga pemilik koperasi itu. “Oleh karena   UU Koperasi maupun di dalam UU   Domestik Bruto (PDB) Nasional sebesar
          itu tentu akan membingungkan apabila   Kepailitan dan PKPU.          5,5 persen dan jumlah koperasi modern
          ada anggota yang justru menginginkan   Memang, pembaharuan di bidang   yang dikembangkan 500 unit. Namun
          koperasi miliknya jatuh pailit.” ujar Agus   koperasi untuk mewujudkan koperasi   di sisi lain masih terdapat koperasi
            Di Anggaran Dasar koperasi      yang sehat, kuat, mandiri, tangguh,   bermasalah yang melakukan praktik
          mengatur mengenai Rapat Anggota   berkualitas serta modern adalah    usaha yang menyimpang dan merugikan
          Tahunan atau Luar Biasa (RAT/RALB),   kebutuhan yang mendesak saat ini. Sebab   anggota.*


                                                                              www.stabilitas.id   Edisi 187 / 2022 / Th.XV  71
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76