Page 59 - Stabilitas Edisi 215 Tahun 2025
P. 59

asyarakat Tanah Air akan
                     menghadapi tambahan
                     beban atas penggunaan
          Mjasa proteksi ketika
          melakukan klaim setelah otoritas
          menerbitkan aturan yang akan berlaku
          mulai tahun depan. Nasabah asuransi
          harus menyiapkan setidaknya 10 persen
          dari setiap klaim yang dia ajukan kepada
          perusahaan asuransi
            Awal Juni, Otoritas Jasa Keuangan
          menerbitkan Surat Edaran OJK (SEOJK)
          Nomor 7 Tahun 2025 terkait tata kelola
          bisnis asuransi yang salah satunya
          mengatur mekanisme co-payment.
          Aturan itu menegaskan adanya sistem
          berbagi biaya antara perusahaan
          asuransi dengan nasabah. Melalui
          skema ini, perusahaan asuransi tidak lagi
          menanggung seluruh klaim kesehatan
          yang diajukan oleh pemegang polis.
          Sebagian biaya akan menjadi tanggung         Kalau inflasi medis diperkirakan 16,5
          jawab nasabah sesuai dengan batasan
          yang telah ditentukan.                       persen pada 2025, ditambah inflasi umum
            Regulasi ini disambut pelaku usaha         mungkin sekitar 20 persen. Tanpa co-
          karena dinilai akan menekan premi            payment, premi akan naik setara itu. Tapi
          asuransi yang dikenakan perusahaan
          kepada nasabah. Ketua Dewan Pengurus         dengan co-payment, kenaikannya bisa
          Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI),     ditekan jadi hanya 10–15 persen.
          Budi Tampubolon, mengatakan bahwa
          skema co-payment dapat menekan
          kenaikan tarif premi sehingga lebih          Iwan Pasila, Deputi Komisioner Pengawas Perasuransian,
          terjangkau. “Kalau klaim naik, itu           PDP OJK
          memberatkan kami. Tapi pada akhirnya
          juga akan membebani masyarakat karena
          premi akan terus naik,” tegas Budi.
            Skema co-payment akan mulai     perusahaan,” ujar Iwan dalam FGD   dibayar nasabah. “Kalau inflasi medis
          berlaku pada 1 Januari 2026. Namun,   bersama media di Plataran Menteng,   diperkirakan 16,5 persen pada 2025,
          bagi pekerja yang mendapat asuransi   Jakarta, Juni lalu.            ditambah inflasi umum mungkin sekitar
          kesehatan dari perusahaan, OJK       Namun, skema ini tetap memiliki   20 persen. Tanpa co-payment, premi
          memastikan bahwa co-payment dapat   batas. Misalnya, perusahaan hanya akan   akan naik setara itu. Tapi dengan co-
          ditanggung oleh pemberi kerja.    menanggung co-payment karyawan     payment, kenaikannya bisa ditekan jadi
            Deputi Komisioner Pengawas      untuk tiga kali klaim dalam setahun.   hanya 10–15 persen,” jelas Iwan.
          Perasuransian, Penjaminan, dan    Selebihnya, biaya akan dibebankan
          Dana Pensiun OJK, Iwan Pasila,    kepada karyawan. Menurut Iwan,     Nasabah Tidak Diajak
          mengatakan bahwa OJK mendorong    skema co-payment ini juga berpotensi   Akan tetapi aturan itu tidak
          kerja sama antara perusahaan asuransi   menekan inflasi medis nasional yang saat   mendapatkan sambutan serupa dari
          dan perusahaan pemberi kerja      ini mencapai 10,1 persen pada 2024,   nasabah. Malah organisasi konsumen
          untuk menanggung co-payment bagi   jauh di atas rata-rata global sebesar 6,4   asuransi menilai nasabah tidak dilibatkan
          karyawan. “Iya, co-payment karyawan   persen.                        dalam penyusunan regulasi tersebut.
          bisa ditanggung perusahaan. Kami     Ditambahkan skema ini juga dapat   Ketua Forum Konsumen Berdaya
          minta asuransi bekerja sama dengan   memperlambat kenaikan premi yang   Indonesia, Tulus Abadi, mengatakan


                                                                              www.stabilitas.id   Edisi 215 / 2025 / Th.XX 59
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64