Page 81 - Stabilitas Edisi 215 Tahun 2025
P. 81
abar yang mengagetkan
tiba-tiba saja muncul di
jagat bisnis ketika dua
Kraksasa penyedia teknologi
berencana merger. Tetapi kekhawatiran
langsung menyeruak karena akan
menimbulkan monopoli, selain juga
adanya rekayasa keuangan di balik aksi
korporasi itu.
Unicorn Asia Tenggara, GoTo DARI EMPAT PEMAIN
dan Grab dikabarkan akan merger BESAR DI INDUSTRI
membentuk sebuah perusahaan super
unicorn. Namun di balik euforia yang INI, TIGA ADALAH
mungkin ditimbulkan, banyak yang PEMAIN ASING DAN
menyoroti dampaknya terhadap HANYA SATU YANG
konsumen, pelaku usaha lokal, dan
dinamika persaingan pasar digital di BENAR-BENAR LOKAL.
Indonesia. YANG ASING SUDAH
Biar begitu, motif dari aksi korporasi
ini menjadi tanda tanya besar dari MENGUASAI PASAR
berbagai kalangan. Salah satunya adalah GLOBAL, SEMENTARA
pengamat ekonomi digital dari Center
of Economic and Law Studies (Celios), YANG LOKAL BARU Piter Abdullah, Ekonom Senior
Nailul Huda. Dia mempertanyakan SEBATAS COBA-COBA dari Segara Institute
urgensi dan motif dari aksi korporasi ini.
Menurutnya, sebuah merger idealnya MENYEBERANG KE
dilandasi oleh kebutuhan yang kuat REGIONAL. KALAU
dan jelas tetapi dalam kasus Grab-
GoTo, dia belum melihat alasan logis SEPERTI INI, YANG
yang melandasinya. Merger seharusnya LOKAL MAKIN
dilakukan karena ada kebutuhan
strategis. “Dulu dua unicorn lokal kita TERPINGGIRKAN.
bergabung demi memperkuat valuasi.
Tapi sekarang, apa motif sebenarnya?
Kalau hanya sekadar merger, konsumen
bisa jadi pihak yang paling dirugikan,”
kata Nailul. Menurut Piter, penggabungan terjadi, maka lembaga yang mengawasi
Nada serupa juga dilontarkan oleh semestinya terjadi untuk memperluas persaingan usaha ini berharap
Piter Abdullah, ekonom senior dari ekosistem bisnis atau menciptakan bergabungnya kedua perusahaan
Segara Institute. Ia menyoroti dominasi sinergi yang jelas, seperti yang pernah tersebut bukan untuk melakukan praktik
pemain asing dalam industri digital terjadi sebelumnya. Namun Grab dan monopoli.
nasional dan mengingatkan adanya GoTo berada dalam lini usaha yang Ketua KPPU M. Fanshurullah Asa
potensi monopoli pasar jika merger ini sangat mirip, bahkan hampir identik. mengatakan sistem pengawasan merger
benar-benar terjadi. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa di Indonesia bersifat mandatory post-
“Dari empat pemain besar di industri merger hanya akan memperkuat merger notification atau pemberitahuan
ini, tiga adalah pemain asing dan hanya dominasi tanpa membawa inovasi baru. wajib pasca-transaksi, sesuai dengan
satu yang benar-benar lokal. Yang asing Atas situasi ini Piter menilai pemerintah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
sudah menguasai pasar global, sementara sudah seharusnya berperan cepat. tentang Larangan Praktik Monopoli dan
yang lokal baru sebatas coba-coba Kabar mengenai rencana merger Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.
menyeberang ke regional. Kalau seperti Grab dengan GoTo ternyata juga menjadi 5/1999).
ini, yang lokal makin terpinggirkan,” jelas perhatian Komisi Pengawas Persaingan Hal ini membuat KPPU tidak dapat
Piter. Usaha (KPPU). Jika memang itu melakukan penilaian atas transaksi
www.stabilitas.id Edisi 215 / 2025 / Th.XX 81

