Page 65 - Stabilitas Edisi 216 Tahun 2025
P. 65
terhadap serangan siber. ManageEngine
mencatat, sepanjang 2024, Indonesia
mengalami lebih dari 330 juta aktivitas
anomali siber dan 514.508 aktivitas
ransomware. Bahkan, total aktivitas
phishing yang terdeteksi mencapai 26
juta lebih.
Arun Kumar, Regional Director Asia
Pacific ManageEngine, menyebut dua
penyebab utama : Human error dalam SERANGAN SIBER
proses digitalisasi dan ketidaksiapan KINI TIDAK HANYA
organisasi dalam memprioritaskan
investasi pada keamanan siber. “Banyak CEPAT, TETAPI JUGA
organisasi di Indonesia mendahulukan SEMAKIN PRESISI
digitalisasi, tapi lupa mengamankan DAN KOMPLEKS. KITA
fondasinya. Keamanan harus menjadi
prioritas sejak awal, bukan belakangan,” AKAN MENGHADAPI
ujar Arun secara terpisah. SERANGAN YANG
Pendapat senada juga diungkapkan
Paul Rafiuly, Direktur Technology & LEBIH CANGGIH DAN
Operations UOB Indonesia. Dalam LEBIH PERSONAL. INI
sebuah webinar yang digelar OJK,
ia memperingatkan bahwa serangan BUKAN MASA DEPAN Paul Rafiuly,
siber kini tidak hanya cepat, tetapi juga JAUH, TAPI LIMA Direktur Technology & Operations
semakin presisi dan kompleks. “Kita akan UOB Indonesia.
menghadapi serangan yang lebih canggih TAHUN KE DEPAN
dan lebih personal. Ini bukan masa depan SUDAH SANGAT
jauh, tapi lima tahun ke depan sudah
sangat terasa,” kata Paul. TERASA.
Belajar dari dari kasus serangan siber
ke sektor perbankan nasional belum
lama ini, yang kendati dengan koordinasi
dan mitigasi tepat, serangan siber bisa
ditangani secara efektif. Adalah Bank
Syariah Indonesia (BSI), yang mengalami
gangguan layanan akibat serangan siber
pada Mei 2023. Tetapi pada akhirnya
semua layanan inti berhasil dipulihkan
hingga mencapai 95 persen operasional Regulasi dan Kolaborasi
normal, meski harus melewati waktu Di tengah realitas ancaman ini, adalah syarat mutlak.
lebih dari satu pekan. regulator nasional seperti OJK, Bank LPS, justru telah membuktikan
Saat itu, BSI memperbaiki secara Indonesia, dan BSSN telah mengambil bahwa komitmen strategis, SDM yang
intensif sistem TI-nya dengan berbagai langkah antisipatif. Mulai dari siaga, dan investasi jangka panjang
memperbarui antivirus di puluhan penerbitan POJK No. 11/POJK.03/2022, mampu menciptakan benteng digital
ribu perangkat, menambah server Surat Edaran BI tentang Manajemen yang tangguh. “Kalau LPS saja bisa
cadangan, serta melakukan penetrasi Risiko TI, hingga Framework Keamanan diserang seperti ini, maka semua lembaga
testing dengan vendor eksternal Otoritas Siber Nasional oleh BSSN. keuangan juga bisa. Kita harus anggap ini
pun menegaskan bahwa bank telah Namun, sebagaimana dikatakan sebagai sinyal kewaspadaan yang tidak
memenuhi standar terbaik, termasuk Monang, regulasi saja tidak cukup. boleh diabaikan,” ujar Monang. “Padahal
melakukan asesmen risiko, mitigasi, Kolaborasi dan pelibatan aktif semua akar permasalahannya ada pada sense of
pengujian, dan pelaporan insiden secara pihak —pemerintah, pelaku industri, belonging dan sense of crisis, Jadi unsur
menyeluruh. komunitas teknologi, dan masyarakat— people berperan penting.”*
www.stabilitas.id Edisi 216 / 2025 / Th.XXI 65

