Page 27 - Stabilitas Edisi 184 Tahun 2022
P. 27
ncaman pada perubahan Digitalisasi ekonomi memang akan
praktik layanan di industri tetap menjadi perhatian utama para
keuangan masih menyergap pengelola perbankan, melanjutkan apa
Aperbankan, tetapi ancaman yang sudah mereka lakukan 2-3 tahun
lain tidak mau menunggu. Ya, menjelang belakangan. Namun begitu bukan berarti
akhir tahun lalu, ketika perubahan besar terkait risiko yang datang saat ini terkait
pada sektor keuangan sudah mulai perubahan kebijakan moneter global,
terbiasa dijalani, para pengelola bank tidak menjadi prioritas.
harus bersiap menghadapi perubahan Melanjutkan kecenderungan dua
baru: kebijakan moneter yang lebih tahun belakangan ini bank tampaknya
ketat. akan tetap mementingkan aspek resiliensi
Perbankan memang telah merasakan perusahaan dari aspek teknologi.
banyak kemudahan demi menjaga Menurut Yusak, akselerasi digitalisasi
operasionalnya menjalani masa-masa untuk beradaptasi terhadap perubahan
genting akibat maraknya digitalisasi pola hidup masyarakat dan peningkatan
yang dibarengi pandemi. Kini persoalan kompetisi menjadi keharusan perbankan.
itu harus bertambah rumit ketika Bank Mandiri sendiri, kata Yusak, telah
bank sentral AS akan memutar haluan melakukan transformasi digital melalui
kebijakan moneternya. Financial Super App dan Wholesale
Sembari terus berjaga oleh Digital Super Platform (Livin dan Kopra).
perkembangan layanan teknologi “Peningkatan transformasi digital
yang makin gesit, para risk manager perlu didukung dengan penerapan
harus terus mengawasi apa yang akan manajemen risiko yang robust dalam Yusak Silalahi
dilakukan oleh The Federal Reserve. teknologi informasi. Salah satunya
Belum lagi dengan isu-isu lingkungan melalui improve IT risk management
yang muncul belakangan. dengan cara mengimplementasikan
Yusak Silalahi, SEVP Wholesale cyber insurance untuk meminimalisir Peningkatan
Risk Bank Mandiri menegaskan bahwa kerugian bank dengan terus melakukan transformasi digital
perubahan yang ada di dunia bisnis pengembangan cyber control secara perlu didukung
dan pola hidup masyarakat juga berkelanjutan. Kemudian memastikan
perkembangan teknologi mendorong ketersediaan sistem digital, sejalan dengan penerapan
akselerasi digitalisasi sehingga menuntut dengan pelaksanaan manajemen risiko manajemen risiko
business agility dan manajemen risiko yang terintegrasi dari first line sampai
yang ketat. Sebab kemungkinan dengan third line,” papar Yusak. yang robust dalam
terjadinya lagi pandemi, krisis atau Kendati demikian, perbankan tetap teknologi informasi.
disrupsi lain membutuhkan kesiapan harus menjaga agar pertumbuhan
finansial dan operasional. “Climate bisnisnya berkelanjutan. Untuk itu, Salah satunya
action failure risk dan ESG risks akan Yusak mengatakan ada beberapa hal melalui improve IT risk
menjadi fokus di masa datang,” kata yang perlu dilakukan. Antara lain
Yusak dalam Seminar “Indonesia Risk mempertimbangkan risk appetite dalam management dengan
Management Outlook (IRMO) 2022” menjaga keseimbangan risk vs return cara mengimplemen-
yang diselenggarakan Majalah Stabilitas dalam jangka pendek dan jangka
akhir Januari lalu. panjang. Kemudian soal dukungan tasikan cyber
Mengutip data Mandiri Institute, data dan teknologi untuk mendapatkan insurance
volume transaksi digital banking tercatat pendalaman potensi transaksi dari
tumbuh 20.8 persen, nominal transaksi ekosistem bisnis. Lalu evaluasi performa
e-commerce tumbuh 50 persen, dan bisnis yang fokus pada stabilitas bisnis
transaksi uang elektronik naik 33 jangka panjang (bukan hanya snapshot
persen. Maka diproyeksi hingga 2025 jangka pendek.
nanti digital economy di Indonesia Selanjutnya, menurut Yusak,
diperkirakan tumbuh rata-rata 2 digit perusahaan harus bisa mengantisipasi
pertahun di 23 persen. kondisi tidak terduga (tail risk) untuk
www.stabilitas.id Edisi No.184 / Tahun 2022 27

