Page 25 - Stabilitas Edisi 184 Tahun 2022
P. 25
Likuiditas perbankan
namun porsinya tergolong sangat kecil membutuhkan konversi likuiditas dinilai masih besar
di mana Alat Likuid
dibandingkan dengan biaya DPK, sebanyak Rp 24 triliun hingga Rp 26 terhadap Dana Pihak
terutama deposito. Kenaikan GWM triliun ke dalam GWM. Ia melihat, Ketiga (AL/DPK)
juga tidak akan mendorong kenaikan sepanjang 2020 hingga saat ini, likuiditas mencapai 35 persen.
bunga deposito karena kondisi likuiditas masih mencukupi. “Dengan proyeksi Sebelum Covid-19, itu
perbankan yang berlimpah. pertumbuhan DPK dan kredit di tahun paling besar hanya
21 persen
Berdasarkan prediksi likuiditas ini, maka akses likuiditas Bank Mandiri
yang masih berlebih ini, bank tentu masih memadai guna memenuhi
diharapkan tetap menyalurkan kredit likuiditas baik kenaikan GWM secara
atau pembiayaan kepada masyarakat. bertahap maupun keperluan bisnis
Direktur Treasury & International lainnya,” papar Panji.
Banking Bank Mandiri Panji Irawan Bank Mandiri memproyeksikan kredit
menyatakan sudah mengantisipasi dan bisa tumbuh di atas 8 persen sepanjang
siap terhadap pengetatan kebijakan ini. 2022. Panji menyatakan juga masih ada
Sebab, normalisasi kebijakan likuiditas ruang untuk terbitkan global bond bila
ini juga dilakukan secara bertahap. dibutuhkan likuiditas. Bank Mandiri
“Secara angka, 3,5 persen dari total DPK akan merilis surat utang itu dalam bentuk
rupiah Bank Mandiri senilai Rp 793,72 Euro Medium Term Notes (EMTN)
triliun maka awal 2022, (setoran) GWM sebesar 450 juta dollar AS. Atau dengan
kami hanya Rp27,78 triliun. Pada Maret melakukan pendanaan dengan tipe lain
naik Rp12 triliun, begitu juga pada Juni dalam valuta rupiah atau asing baik
naik Rp9 triliun dan September naik lagi secara bilateral atau eksekusi dengan
Rp 6 triliun,” jelas Panji. pertimbangan aspek seperti waktu tepat
Secara keseluruhan Bank Mandiri seperti waktu dan kondisi pasar.
www.stabilitas.id Edisi No.184 / Tahun 2022 25

