Page 49 - Stabilitas Edisi 217 Tahun 2025
P. 49

sering ‘terbang’ ke luar negeri. Hal itu
          terkait tingkat risiko, kualitas risiko
          produk asuransi di Tanah Air, hingga
          ‘keengganan’ perusahaan reasuransi
          dalam negeri mengelola premi. Namun,
          ia mengungkapkan, memang ada
          beberapa faktor yang membuat premi
          reasuransi pergi ke luar dibandingkan di
          tahan di dalam negeri.
            Pertama, adanya appetite of risk dari
          asuransi dan reasuransi di Indonesia.
          “Misalnya ada pemain, dia memang
          ahli di asuransi kendaraan bermotor.
          Kemudian dia dapat asuransi risiko
          tentang infrastruktur atau oil and gas
          yang harganya mahal dan segala macam.
          Dia memang tidak appetite di situ. Jadi
          bagi dia kalau sampai ada saya akan
          reasuransikan saja. Dia tidak mau tahan
          di Indonesia, karena memang bukan
          appetite dia,” ucap Yulius.
            Kedua, terkait kualitas risiko.            Saya juga lihat ada beberapa teman-
          “Mungkin appetite-nya sama, tapi dia
          juga tahu kalau dia ambil itu saat ini, itu   teman memang reluctant. Karena
          rugi. Akan klaim besar, harganya tidak       pemahaman dan pengetahuan,
          cocok misalnya. Akhirnya dia, instead        kapabilitas pemahamannya memang
          of dia tahan, mendingan dia jual. Dia
          transfer risk itu yang diterima, dia transfer   mungkin agak berbeda dengan risiko
          ke luar negeri,” tutur Yulius.               yang diterima.
            Ketiga, dia melihat, ada beberapa
          perusahaan reasuransi enggan. “Saya
          juga lihat ada beberapa teman-               Yulius Bhayangkara, Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia
          teman memang reluctant. Karena               (DAI) Yulius Bhayangkara
          pemahaman dan pengetahuan,
          kapabilitas pemahamannya memang
          mungkin agak berbeda dengan risiko
          yang diterima. Misalnya risiko-risiko
          sangat spesifik. Cyber, cyber risk, itu kan   yoy. Dari sisi asuransi komersial, total   kondisi yang solid, dengan industri
          jelas sangat spesifik. Satelit, itu sangat   aset sebesar Rp939,75 triliun atau   asuransi jiwa serta asuransi umum dan
          spesifik. Jadi memang sehingga pemain   mencatat pertumbuhan 4,30 persen   reasuransi secara agregat melaporkan
          lokal itu agak tidak nyaman kalau dia   yoy. Kinerja asuransi komersial berupa   Risk Based Capital (RBC) masing-masing
          handle. Karena dia meng-underwrite   pendapatan premi pada periode Januari-  sebesar 480,77 persen dan 311,04
          atau menganalisisnya, mungkin dalam   Mei 2025 sebesar Rp138,61 triliun, atau   persen (di atas threshold sebesar 120
          pemahaman mereka tidak terlalu dalam.   tumbuh 0,88 persen yoy, terdiri dari   persen).
          Karena pengetahuan atau kapabilitasnya   premi asuransi jiwa yang terkontraksi   Dalam rangka memenuhi kewajiban
          memang belum terlalu dalam. Sehingga   sebesar 1,33 persen yoy dengan nilai   peningkatan ekuitas di 2026 sesuai POJK
          instead of dia tahan sendiri, saya ajak   sebesar Rp72,53 triliun, dan premi   23 Tahun 2023, berdasarkan laporan
          saja keluar. Ke reasuransi yang mungkin   asuransi umum dan reasuransi tumbuh   bulanan per Mei 2025 terdapat 106
          sudah punya ahlinya,” papar Yulius  .  3,43 persen yoy dengan nilai sebesar   perusahaan asuransi dan reasuransi dari
            Mengutip data OJK, aset industri   Rp66,08 triliun.                144 perusahaan yang telah memenuhi
          asuransi di Mei 2025 mencapai        Secara umum, permodalan industri   jumlah minimum ekuitas yang
          Rp1.163,62 triliun atau naik 3,84 persen   asuransi komersial masih menunjukkan   dipersyaratkan pada 2026.*


                                                                              www.stabilitas.id   Edisi 217 / 2025 / Th.XXI 49
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54