Page 25 - Stabilitas Edisi 183 Tahun 2022
P. 25

dan terakhir di 2019.             internal, hingga berbagai rencana
            “Banyaknya kasus memang sebagian   strategis perusahaan ke depan.            Di era teknologi informasi
                                                                                              yang menghasilkan
          besar kurangnya penerapan GCG di     Manajemen risiko memang hadir              digitalisasi dalam setiap
          perusahaan. Kalau pakai metafora, GCG   belakangan di lingkungan industri non       layanan di industri
          seperti akar yang tidak kelihatan dari   bank. Jika perbankan sudah memiliki   keuangan, praktik tata kelola
          luar, tapi kelihatan buah dan daunnya.   aturan pengelolaan risiko sejak tahun   yang baik harusnya tetap
                                                                                                      dijaga.
          Kalau akarnya kuat, pohonnya akan   2000-an awal, pelaku jasa asuransi,
          survive,” kata Supriyono.         bersama lembaga jasa keuangan selain
            Meski dia mengakui, banyak      bank lainnya, baru mendapatkan
          perusahaan asuransi yang mengalami   aturan yang sama pada 2016. Tak pelak
          gagal bayar akibat pandemi Covid-19.   praktik tata kelola perusaan yang baik di
          Namun, apabila perusahaan tersebut   lembaga keuangan non bank ketinggalan
          memiliki akar yang kuat, dalam hal GCG   setidaknya belasan tahun dibanding
          yang baik, perusahaan masih dapat   perbankan.
          bertahan dan menghasilkan berbagai   Sektor asuransi, baru menjadikan
          produk asuransi yang berkualitas.  GCG sebagai elemen esensial mulai
            “Pandemi Covid-19 ini menjadi   2016 ketika Otoritas Jasa Keuangan
          bukti, hanya perusahaan yang memiliki   menerbitkan aturan Nomor 73/
          GCG dengan implementasi bagus     POJK.05/2016 Tentang Tata Kelola
          yang mampu bertahan. Kita pun perlu   Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan
          meninjau ulang isu-isu fundamental, apa   Perasuransian. Pada 2019, aturan itu
          saja yang masih bolong-bolong untuk   kemudian diperbarui menjadi Peraturan
          kita improve lagi,” ujarnya.      No. 43 /POJK.05/2019.
            Lebih lanjut, dijelaskan Supriyono,   Berdasarkan aturan baru, otoritas
          penerapan GCG ini perlu komitmen   mewajibkan setiap perusahaan asuransi
          berbagai pemangku kepentingan.    untuk menunjuk satu orang anggota
          Salah satu yang ditekannya ialah peran   Direksi yang membawahi fungsi
          komisaris dan direksi yang harus lebih   kepatuhan. Posisi direksi ini tidak boleh
          berfungsi lebih optimal lagi. Selain itu,   dirangkap oleh anggota Direksi lain
          berbagai aspek juga harus diperkuat   yang membawahi fungsi teknik asuransi,
          seperti manajemen risiko, pengendalian   fungsi keuangan, atau fungsi pemasaran.


                                                                             www.stabilitas.id   Edisi No.183 / Tahun 2022 25
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30