Page 71 - Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
P. 71

tanpa  dokumen  penetapan batas  yang  baru;  terdapat koordinat
            bidang  tanah  berdasarkan pelaksanaan pengukuran  secara  akurat,
            sehingga dapat dilakukan rekonstruksi batas apabila tanda batasnya
            berubah atau hilang. Sedangkan batas tidak tetap bercirikan antara
            lain:  penggambaran batas bidang  tanah  tidak  dilakukan melalui
            proses penetapan batas (tidak langsung), batas fisik di lapangan dapat
            berupa  pagar  dan lain  sebagainya; batas  tidak bisa  didefinisikan,
            seperti garis pantai atau batas hutan; garis perkiraan (imajiner) dibuat
            untuk mencegah sengketa.
                Keuntungan dari penerapan batas tidak tetap terutama terletak
            pada standar survei yang tidak terlalu teliti dan tata laksana pendaftaran
            tanahnya dapat mengabaikan pergeseran kecil posisi batas (Dale dan
            McLaughlin  1988  dan  Zevenbergen,  2002).  Penerapan  batas  tidak
            tetap juga dapat menekan biaya dalam membangun kadaster, sebagai
            contoh pagar di antara dua properti runtuh dan selanjutnya dibangun
            di sepanjang garis yang sedikit berbeda, maka tidak perlu mengubah
            peta kadaster atau surat ukur. Batas tidak tetap juga lebih fleksibel,
            ketika kepemilikan properti ditentukan secara terpisah seperti dalam
            pendaftaran tanah secara sporadis, di mana kepemilikan tanah dapat
            ditetapkan tanpa perlu berkonsultasi dengan pemilik properti yang
            bersebelahan (Dale dan McLaughlin 1988 dan Zevenbergen, 2002). Di
            Indonesia, batas tidak tetap dikenal sebagai batas sementara yang sah
            digunakan  dalam pendaftaran  tanah untuk  memberikan  kepastian
            hukum hak atas tanah (UU No. 5 Tahun 1960 jo. PP No. 24 Tahun 1997
            jo. PMNA No. 3 Tahun 1997).
                Selain itu, Grant  dkk. (2018)  memberikan konsep  yang  sangat
            membantu  dalam  penyelesaian  masalah-masalah tumpang tindih
            integrasi bidang tanah. Model konseptual tersebut dinamakan model
            segitiga kadastral  (cadastral  triangular  model)  untuk  menjelaskan
            tiga jenis batas bidang tanah, yaitu: a) Batas fisik (physical boundary)
            adalah batas yang sesuai dengan kenyataan yang terlihat secara fisik
            di lapangan; b) Batas dokumen (documentary boundary) adalah batas
            yang sesuai dengan batas yang terdapat dalam dokumen penetapan
            batas; c)  Batas  spasial  (spatial  boundary)  adalah  batas yang  sesuai
            dengan  penggambarannya di atas  peta.  Hubungan antara  ketiga
            representasi batas-batas tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. 20.





            44    Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
                  Dwi Budi Martono
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76