Page 199 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 199

174   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            dimunculkan  adalah  apakah  masyarakat  mampu  menghentikan
            akuisisi tanah jika mereka tidak menginginkannya? Apa sumbangsih
            akuisisi tanah  bagi masyarakat  lokal dan  negara  pada  umumnya?
            Dalam  hal ini fakta  yang disoroti adalah  jamaknya  kritik  bahwa
            akuisisi tanah  menyebabkan  munculnya  berbagai dampak  negatif
            terutama  pada  ketahanan  pangan, lingkungan, serta  akses  tanah
            bagi kelompok  miskin. Tulisan  ini berusaha  memotret  isu  akuisisi
            tanah dalam konteks TLCT.
                Kabiri melakukan   pembahasan   dengan  kerangka  institusi
            berbasis  aktor  (actor-centered institutional framework). Data
            untuk penelitian ini diperoleh baik dari data primer maupun data
            sekunder. Data sekunder diperoleh dari data arsip dan kerja turun
            lapangan  (ieldwork ) dengan  observasi dan  wawancara  dengan
            organisasi konservasi satwa  liar, agen  perlindungan  satwa  liar
            milik pemerintah, peneliti lain dan penduduk desa. Data sekunder
            diperoleh  dari literatur  perdebatan  land grab. Penelitian  ini fokus
            pada  perlindungan  satwa  liar  di Tanzania  dan  wilayah  Barat  Daya
            Tanzania.
                Kabiri memakai kerangka Zoomer di mana persaingan akuisisi
            tanah berskala luas yang dilakukan pemodal asing telah berkembang
            dalam  berbagai segi, dan  terjadi dalam  beragam  konteks  melalui
            investasi asing atau  konservasi lingkungan  dalam  sektor-sektor
            seperti tambang, kehutanan, konservasi tanah, dan biofuel. Isu untuk
            melegimitasi situasi ini adalah  ketahanan  pangan, ketersediaan
            tanah, dukungan  lingkungan, dan  janji pembangunan  ekonomi
            dengan  cara  memanfaatkan  tanah-tanah  yang kosong, untuk
            mendorong produksi, menciptakan   lapangan  kerja, dan  menjadi
            sumber pemasukan pajak. Akuisisi tanah untuk konservasi dianggap
            lebih toleran dibandingkan aktivitas yang lain seperti pertambangan,
            produksi  biofuel,  pertanian  dan  sebagainya.  Dibandingkan
            dengan  skema  perampasan  tanah  yang lain, konservasionis  selalu
            mengatakan  bahwa   green acquisitions  bebas  resiko  dan  dapat
            memberikan  nilai tambah  pada  tanah-tanah  dan  komunitas  lokal.
            Green grab dideklarasikan sebagai keputusan yang imbang (win-win
            verdict) bagi masyarakat dan alam, serta komunitas lokal.
   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204