Page 194 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 194

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  169


                  Mengacu pada Hangzo, akuisisi tanah pertanian untuk tujuan
              ketahanan pangan bukanlah fenomena baru. Perbedaannya terletak
              pada  investor  yang pada  masa  lalu  lebih  banyak  dilakukan  oleh
              swasta, sementara yang terjadi sekarang dilakukan oleh pemerintah.
              The acquirer  atau  para  pemburu  tanah  biasanya  pemerintah  asing
              atau  perusahaan  (investor) yang dekat  dengan  pemerintah  yaitu
              mereka  yang memiliki uang. The seller  atau  para  penjual adalah
              pemerintah tuan rumah yang menawarkan tanah yang mereka miliki.
              Perbedaan yang lain adalah luasan. Satu perjanjian tanah yang ada
              sekarang mencapai 100.000 hektar bahkan lebih, dan semakin luas
              dari waktu ke waktu. Yang terakhir adalah jenis tanaman di mana
              dulu  lebih  berpusat  pada  tanaman  perdagangan  (kopi, teh, gula,
              pisang), sekarang lebih  dominan  pada  makanan  pokok  dan  bahan
              bakar nabati (gandum, jagung, beras, jarak).
                  Land grab  sendiri terjadi karena  meningkatnya  tekanan  pada
              sumber  daya  alam  termasuk  tanah, kelangkaan  air, serta  batasan
              ekspor  yang dibuat  oleh  negara-negara  produsen. Pembatasan
              ekspor seperti larangan ekspor, pajak ekspor, penetapan kuota dan
              standar  dalam  perdagangan  berperan  penting dalam  perburuan
              tanah. Pertumbuhan  harga-harga  komoditas  yang dramatis  pada
              akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008 telah membuat banyak negara
              memberlakukan larangan-larangan ini untuk menjamin ketahanan
              pangan  domestik, mengelola  kecukupan  pangan, dan  menjamin
              pangan  tetap  berada  dalam  harga  yang terjangkau. Pada  kenaikan
              harga pangan yang tertinggi, sekitar 29 negara dilaporkan memangkas
              ekspor pangan mereka, 11 negara membatasi/melarang ekspor beras,
              15 negara  menghentikan  ekspor  gandum, dan  lebih  dari 12 negara
              membatasi ekspor jagung. Hal ini menyadarkan negara pengimpor
              pangan bawa ketergantungan mereka pada pasar produk pertanian
              membuat   mereka  rentan  tidak  hanya  persoalan  kenaikan  harga,
              tetapi juga pada persoalan pasokan yang tersendat. Memotong pasar
              pertanian global dengan cara mengembangkan pertanian di tanah-
              tanah  yang berada  di luar  negaranya  dan  membawa  pula  produksi
              pangan menjadi strategi yang cukup menarik.
                  Untuk memahami fenomena akuisisi tanah pertanian, Hangzo
              menyajikan ulasan mengenai motivasi dan kebijakan yang dilakukan
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199