Page 192 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 192

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  167


              milik  perusahaan  perkebunan. Banyak  pembatasan  yang dilakukan
              perusahaan  perkebunan, seperti membangun    pagar  di tempat
              masyarakat  biasanya  menggembalakan  ternak. Pihak  perkebunan
              juga seringkali melanggar perjanjian tertulis. Perusahaan menjanjikan
              pekerjaan, sekolah, pusat  kesehatan, jalan  dan  infrastruktur  lain,
              yang faktanya tidak pernah benar-benar diberikan. Masyarakat yang
              bekerja  di perkebunan  justru  berada  dalam  kondisi yang sangat
              buruk, sumber  pangan  mereka  dirusak, mereka  tidak  mempunyai
              uang untuk membeli makanan, dan hanya mendapat secangkir bubur
              sehari kerja  mereka  yang berat, tidak  bergizi. Mereka  tidak  dibayar
              untuk beberapa bulan. Banyak pekerja yang kemudian menjadi sakit,
              kelelahan, lemah dan tidak memiliki uang.

                  Akuisisi tanah  yang dilakukan   investor  juga  dilakukan
              melalui kekerasan. Petani diancam akan kehilangan sebagian atau
              seluruh  tanah  mereka, mereka  dapat  menjualnya  sekarang atau
              menemukan   tanah  mereka  diambil tanpa  ganti rugi sedikitpun  di
              masa  mendatang. Masyarakat  yang memiliki sertiikat  tanah  secara
              formal memperoleh   kompensasi yang lebih  tinggi dibandingkan
              mereka  yang tidak  memiliki sertiikat. Bagi masyarakat  yang terusir
              akibat  investasi, bertahan  hidup  adalah  perjuangan  sehari-hari
              yang dilakukan. Bahasa  pemerintah  tentang peningkatan  kualitas
              lingkungan  dan  tanggung jawab  sosial sebuah  investasi, ternyata
              masih menyisakan jurang yang dalam di tengah ketiadaan kerangka
              peraturan yang tepat untuk melindungi tanah, sumber daya, pangan,
              dan hak-hak penghidupan masyarakat di pedesaab.
                  Kamboja  dan  Laos  adalah  contoh  dua  negara  yang mencapai
              level pertumbuhan  ekonomi cukup  tinggi melalui rezim  investasi
              terbukanya, tetapi pertumbuhan ini akan menimbulkan biaya yang
              sangat  tinggi bagi masyarakat  pedesaan  karena  merekalah  yang
              menciptakan  nilai yang sesungguhnya  bagi masyarakat  dengan
              memproduksi pangan, memelihara    ekosistem  yang rentan, dan
              menjaga  kelestarian  biodivesity  dan  kemakmuran  lingkungan.
              Sebelum   pemerintah  terburu-buru  membiarkan   lebih  banyak
              investor masuk, mereka pertama kali seharusnya mau mendengarkan
              suara-suara  dari masyarakat  pedesaannya; “ini tanah  kita, tenaga
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197