Page 191 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 191
166 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
petani subsisten ke dalam ekonomi regional dan global. Sementara
aturan kontrak memberikan keuntungan jangka pendek bagi petani.
Kontrak umumnya tidak tepat untuk petani subsisten yang tidak
memiliki modal untuk bisa kebal terhadap serapan produksi atau
kegagalan pasar.
Dampak paling besar dari produksi boom crop adalah
munculnya perkebunan industrial yang juga terjadi di Cambodia
dan Laos. Ratusan hektar tanah pertanian telah diambil alih negara
dan perusahaan swasta untuk perkebunan karet, pinus, akasia,
eukaliptus, kayu keras, jagung, ketela pohon dan tebu. Jenis pohon/
tanaman pangan yang ditanam biasanya merupakan tanaman yang
bisa tumbuh cepat untuk bisa memberikan suplai tetap untuk bahan
mentah industri, dan jenis-jenis ini biasanya asing bagi ekosistem
lokal. Para investor datang dari negara tetangga seperti India,
Vietnam, China, dan Thailand, tetapi juga Singapura, Korea Selatan
dan Australia. Perkebunan ini dipromosikan oleh donor ADB, World
Bank, agen kredit ekspor dan perusahaan konsultan swasta sebagai
strategi memaksimalkan penggunaan ekonomis hutan-hutan
yang terdegradasi atau tanah kosong (idle land), mencegah erosi
tanah dan banjir, serta meningkatkan reforestasi dan mengurangi
angka kemiskinan. Dengan sedikit variasi, semua cerita tentang
perkebunan adalah cerita tentang kerusakan hutan, perampasan
tanah, dan pemiskinan masyarakat dan lingkungan. Banyak
perkebunan yang diiringi dengan pemrosesan yang mengkonsumsi
sejumlah besar energi dan air yang sebelumnya digunakan oleh
masyarakat. Perkebunan bersifat monokultur serta mensyaratkan
penggunaan pupuk, pestisida, dan herbisida kimia yang seringkali
membuat tanah menjadi kering, mengandung racun, kehilangan
nutrisi, dan mengkontaminasi sumber air tanah.
Perkebunan mengusir banyak masyarakat pedesaan dari desa,
ladang, hutan dan mata pencaharian tradisional mereka. Pada
banyak kasus, komunitas lokal dipaksa direlokasi bersama-sama.
Dalam kasus penduduk yang tetap tinggal di desa mereka, mereka
tidak diizinkan menggunakan hutan dan sumber daya di sekeliling
mereka untuk meramu dan mencari rumput karena sudah menjadi