Page 196 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 196

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  171


              dan  jeruk). Filipina  berambisi untuk  bisa  berswasembada  beras
              pada tahun 2013 melalui pembangunan tanah berskala luas. Negara
              ini juga ingin menjadi pemain utama dalam ‘pasar halal’ dunia dan
              pemasok  produk  pangan  yang bisa  dipercaya. Oleh  karena  itulah
              kemudian dibangun Agro-Industrial Economics Zone.

                  Diskusi yang muncul menunjukkan     bahwa  akuisisi lahan-
              lahan pertanian dilihat oleh investor sebagai jalan pintas pada pasar
              pertanian  serta  menjamin  pasar  yang stabil untuk  pemenuhan
              pangan. Negara tuan rumah seperti Asia Tenggara melihat fenomena
              ini sebagai salah satu cara meningkatkan produksi pangan mereka;
              menciptakan   sejumlah  pekerjaan  di bidang pertanian; dan
              meningkatkan pembangunan ekonomi mereka secara menyeluruh.
              Ada satu kebutuhan untuk mengoptimalkan perolehan keuntungan
              dengan akuisisi tanah.

                  Motivasi-motivasi inilah yang kemudian dirasa perlu diwujudkan
              dengan  menciptakan  prasyarat  pendukung baik  di level nasional,
              regional maupun, internasional. Di level internasional muncul
              kebutuhan  mekanisme  pengaturan  seperti code of conduct  (kode
              etik). Bank Dunia menyatakan bahwa tidak ada solusi untuk akuisisi
              tanah-tanah pertanian yang terjadi sekarang ini kecuali formula win-
              win  melalui code of conduct. IFPRI merekomendasikan  perlunya
              proses negosiasi yang transparan, penghormatan pada hak-hak tanah
              yang sudah ada, berbagi keuntungan, keberlanjutan lingkungan dan
              kepatuhan  pada  politik  perdagangan  nasional. Prinsip-prinsip  dan
              tata  tertib  ini harus  diterjemahkan  dalam  bentuk  aksi/tindakan
              oleh para investor, pemerintah, donor, dan agen-agen internasional.
              Untuk  level regional, ASEAN ditempatkan  sebagai pelopor  untuk
              membangun kode etik untuk wilayah Asia Tenggara. ASEAN telah
              mengambil langkah  yang penting dalam  meningkatkan  ketahanan
              pangan   regional dengan  memformulasikan    rencana  strategis
              kerjasama  ASEAN di bidang pangan, pertanian   dan  kehutanan.
              Sangat  penting bagi ASEAN sekarang untuk  mempelopori diskusi
              dan  perdebatan  mengenai akuisisi dan  penggunaan  tanah  dalam
              pengajuan investasi. Pada level nasional, negara tuan rumah harus
              menguatkan  hukum   nasional negara  mereka  untuk  memastikan
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201