Page 190 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 190

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  165


              bambu, madu, ikan, katak, udang kecil dan  binatang lain. Hutan
              merupakan satu-satunya penyelamat yang dimiliki penduduk desa.
              Mengumpulkan   makanan  liar  merupakan  komponen  penting dari
              jenis  makanan  dan  produk  non  kayu  yang memberikan  sumber
              penghasilan yang dibutuhkan ketika sewaktu-waktu membutuhkan
              uang tunai maupun   beras. Beberapa  komunitas  memiliki ‘hutan
              nenek  moyang’ yang sakral yang menjadi sumber  dari sungai dan
              mata air untuk menjamin kebutuhan sumber air. Hutan juga penting
              untuk  pendidikan  dan  pengetahuan  anak-anak  untuk  bisa  belajar
              tentang nilai tanaman, hewan, racun  dan  obat  yang mendampingi
              tumbuh kembang mereka dekat dengan hutan.

                  Di Laos  dan  Cambodia, pemerintah   berencana  mengubah
              struktur pertanian mereka menjadi lebih komersial dan berorientasi
              pasar. Hal ini memiliki dampak yang meluas bagi struktur sosial di
              pedesaan, akses masyarakat pedesaan terhadap tanah dan kepastian
              tenurial. Di kedua  negara  ini, semua  tanah  yang berada  di dalam
              batas  negara  adalah  tanah  yang di bawah  kontrol negara. Warga
              negara  hanya  memiliki hak  untuk  menggunakan, mengelola, dan
              mengalihkannya  ke  dalam  tipe  pemanfaatan  tanah  tertentu  yang
              dapat  diformalisasi menjadi tanah  hak  milik  melalui sertiikat  tanah.
              Sebagian  besar  penduduk  desa, meskipun  tidak  memiliki sertiikat

              tanah, akses, penggunaan dan pengelolaan tanah umumnya diatur
              melalui praktik hukum adat. Di wilayah yang diklaim penduduk asli
              dan di mana pertanian ladang berpindah dipraktikkan, penggunaan
              tanah dan hutan diatur secara kolektif. Meskipun demikian, negara
              dapat  mengambil alih  setiap  tanah  ini sewaktu-waktu  untuk
              kepentingan pembangunan nasional dan keamanan.
                  Perubahan   kebijakan   penggunaan   tanah   dan   praktik
              pengolahannya telah melahirkan ‘boom crops’ seperti jagung, ketela,
              kopi, tebu, karet, eukaliptus, dan  lain-lain. Di kedua  negara  ini,
              petani kecil seringkali memproduksi tanaman  pangan  di bawah
              aturan  kontrak  dengan  perusahaan  agribisnis  dan  pedagang yang
              menyuplai mereka  dengan  benih, peralatan, dan  janji-janji untuk
              membeli hasil panen. Beberapa Contract Farming (CF) dipromosikan
              secara  aktif  oleh  pemerintah  dan  donor  untuk  mengintegrasikan
   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195