Page 206 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 206
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 181
korupsi pengambilan keputusan terkait dengan pengalokasian tanah
(korupsi memungkinkan perusahaan mengabaikan aturan-aturan
hukum, sehingga proses berlangsung secara bebas bahakan ilegal);
2) korupsi akuntabilitas dan mekanisme legal dalam pemberian
ganti rugi bagi masyarakat yang terkena dampak (akuntabilitas
dan mekanisme yudisial dikorupsi melalui pengaruh dan kekuasan
konspirasi); 3) bagaimana land grab mengkonsolidasikan elite dan
negara (land grab memungkinkan konsolidasi kekuasaan, pengaruh
elite pada negara).
Dalam konteks land grabbing, penulis mendeinisikan korupsi
sebagai penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi.
Hal ini berarti subjek korupsi menjadi persoalan dalam akuisisi
tanah berskala besar untuk tujuan investasi yang tidak hanya
berkaitan dengan penyuapan (memberikan atau menerima sesuatu
yang bernilai untuk mempengaruhi sebuah transaksi). Ini juga
termasuk penyalahgunaan kekuasaan yang meluas, yang mencakup
kecurangan/penipuan, pemerasan, pencucian uang, penggelapan,
kolusi, konlik kepentingan, revolving door (pintu putar)- ketika
seseorang mengesksploitasi kerja berulang di dalam kantor
pemerintah atau perusahaan swasta), kekerasan, dan berbagai
bentuk intimidasi yang lain.
Dalam paparannya, penulis menyebutkan bahwa relasi antara
korupsi dan kesalahan manajemen sumber daya minyak, gas, dan
mineral dideskripsikan dengan sangat baik dalam berbagai literatur
tentang resource curse atau kutukan sumber daya. Meskipun
demikian, relasi antara korupsi dan fenomena land grabbing, sangat
sedikit dipahami karena karakteristik dan perkiraan keluasan korupsi
yang umumnya bersifat rahasia, menjadi pembatas tersendiri.
Naskah ini menyajikan tipologi relasi, dengan menggunakan
dua contoh studi kasus bagaimana korupsi, baik sebab maupun
dampaknya, menyebabkan keputusan yang tidak tepat tentang
tanah. Kebutuhan untuk melindungi komunitas-komunitas ini,
siapa yang akan tetap berjuang agar memperoleh tanah-tanah
mereka kembali, semua informasi yang bisa diidentiikasi telah
dimusnahkan. Hal ini mengindikasikan kekerasan dan ancaman yang