Page 45 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 45

20    Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            kepentingan  atau  peruntukan  baru  lebih  mudah  diintervensikan.
            Proses  intervensi ini, pada  berbagai kasus, dimungkinkan  karena
            tidak  adanya  formulasi kebijakan  yang tegas  atau  kebijakan  telah
            ada  namun  tidak  pernah  diimplentasikan. Kondisi-kondisi serupa
            ini membuka jalan bagi investasi yang semakin meluas.

                Berkaitan dengan tata pengelolaan negara yang lemah, (Maclnnes,
            2012) menggunakan  indikator  iklim  korupsi. Iklim  korupsi yang
            subur memungkinkan banyak investasi yang mengabaikan regulasi
            dan  hukum  serta  manipulasi. Korupsi merusak  tranparansi dan
            akuntabilitas  investasi. Korporasi dapat  berinvestasi dengan  bebas
            atau  bahkan  ilegal. Perusahaan  juga  bisa  memperoleh  perlakuan
            khusus, membengkokan regulasi dan kebijakan, serta mengabaikan
            dampak  sosial, dan  lingkungan, dan  melakukan  pengelolaan  yang
            negatif. Ketika  hal ini terjadi, kebijakan  dan  fungsi-fungsi utama
            dari negara  menjadi lemah, sementara  oknum-oknum    tertentu
            memperoleh   keuntungan. Keputusan  pemerintah  tentang siapa
            yang memperoleh   tanah  dan  siapa  yang menggunakannya, dan
            untuk tujuan apa, semua ini tidak didasarkan lagi pada pengakuan
            hak-hak  lokal, ketahanan  pangan, keberlanjutan  lingkungan, atau
            pertumbuhan   ekonomi. Lebih  dari itu, tanah  dan  sumberdaya


























            Gambar 11. Indikator Negara Favorit yang Menjadi Target Akusisi Tanah
                               Sumber: Data Primer, 2012
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50