Page 82 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 82
Masalah Agraria di Indonesia
dsb). Untuk tanaman-tanaman yang hanya tanam semusim
tidak perlu menyewa tanah terlalu lama, cukup semusim tanam.
Karena tanaman model ini akan lebih baik jika berganti-ganti
tempat setiap musim tanamnya. Tidak baik kalau penanaman
dijalankan hanya pada satu tempat dan terus-menerus. Seperti
halnya tanaman tebu, diperlukan tanah dengan persewaan untuk
semusim-semusim. Ada juga onderneming tebu yang
mempergunakan tanah dengan hak erfpacht seperti terdapat di
Jatiroto dan salah satu onderneming tebu di daerah Kediri.
Untuk menjamin keperluan ini, maka di samping perse-
waan tanah dengan hak erfpacht dengan benda seperti diuta-
rakan di muka, tersebutlah juga macam-macam Undang-un-
dang sewa tanah. Di antaranya yang terkenal ialah Grondhuur
Ordonnantie di Jawa dan Madura, kecuali untuk daerah Sura-
karta dan Yogyakarta (Vorstenlanden) yang mempunyai
Undang-undang sendiri (Vorstenlandsch Grondhuurreg-
lement). Undang-undang sewa tanah tersebut tidak berlaku
di atas tanah-tanah erfpacht dan tanah partikelir serta tanah-
tanah konsesi. Untuk tanah di daerah Swapraja di luar Jawa
dan Madura diadakan Undang-undang sendiri yang akan di-
uraikan selanjutnya.
Sejak tahun 1856, sudah ada Undang-undang persewaan
tanah (Stbl. 1856 no. 64) yang menyediakan kepentingan
pemodal di lapangan pertanian bagi keperluan tanahnya untuk
waktu 20 tahun. Bahkan sebelumnya, saat Gubernur Jendral
Duymaer van Twist (1951 - 1856) sudah ada persewaan tanah
untuk kepentingan onderneming, tetapi belum diatur dalam
Undang-undang dan peraturan umum. Namun karena perse-
waan tanah yang lama itu tidak disertai dengan hak-hak benda
dan tidak dapatnya dibebani hak hipotik, dan waktunya yang
61