Page 84 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 84

Masalah Agraria di Indonesia

                ming. Di antaranya adanya larangan menanam tanaman yang
                dianggap mengganggu tanaman onderneming. Dengan adanya
                Undang-undang sewa tanah dengan “vrije inhuur” yang diser-
                tai dengan sistem pemberian premi kepada alat-alat peme-
                rintahan dan “perintah halusnya”, maka praktis rakyat di
                daerah persewaan tanah sudah tidak merdeka lagi menanami
                sawahnya sendiri.


                A. Persewaan Tanah Negeri

                    Ada bermacam-macam sewa tanah atas tanah negeri. Hak
                ini untuk memberikan kemungkinan kepada orang-orang
                (orang asing dan orang Indonesia) untuk mendapatkan tanah
                dengan peraturan sewa untuk pertaniannya atau keperluan
                lainnya:
                1. Persewaan untuk perkebunan partikelir (Stbl. 1856 no. 64)
                  Persewaan ini berdasarkan Regeerings Reglement (R. R.)
                  pasal 63 tahun 1854, yang menjadi ayat 3 pasal 51 Indische
                  Staatsregeling (I. S.), kemudian diubah dengan titah raja
                  dalam I. S. 1857 no. 13, Stbl. 1364 no. 16, Stbl. 1877 no.
                  70, dengan peraturan pelaksanaannya Sbtl. 1862 no. 57
                  jto Stbl. 1865 no. 158.
                  Tujuannya memberi kesempatan kepada onderneming
                  partikelir untuk pertanian yang pada mulanya membeli
                  tanah negeri dengan hak eigendom. Pemberian dengan hak
                  erfpacht pada waktu itu belum ada, sedang untuk menda-
                  patkan tanah dengan menyewa dari tanah rakyat Indone-
                  sia untuk perkebunan besar tidak diperkenankan. Untuk
                  kepentingan onderneming partikelir dalam mendapatkan
                  hasil tanaman ekspor terbuka dua jalan, yaitu: pertama,
                  dengan menyewa tanah negeri menurut Undang-undang

                                                                    63
   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89