Page 132 - Land Reform Lokal Ala Ngandagan: Inivasi system Tenurial Adat di Sebuah Desa Jawa, 1947-1964
P. 132
Desa Ngandagan dan Inisiatif Land Reform Lokal di Era Kepemimpinan Lurah . . .
perkembangan dinamika politik di desa Ngandagan sendiri
seiring dengan memanasnya persaingan dan gesekan berbagai
kekuatan politik nasional di era 1960-an.
Akan tetapi terlepas dari berbagai kasus konflik tersebut,
pengunjung yang mendatangi desa Ngandagan saat ini,
khususnya di dusun Krajan, akan terkesan dengan tata ruang
dan lingkungan permukimannya yang terlihat rapi. Hal ini
membuktikan bahwa langkah-langkah penataan kampung
dan permukiman yang pernah dilakukan Soemotirto pada
masa itu tidak sepenuhnya gagal dan sebagian jejak-jejak
keberhasilannya masih bertahan sampai sekarang.
Demikianlah, beberapa langkah pembaruan yang
dilakukan Soemotirto terkait dengan kebijakan land
reform maupun pembangunan pedesaan lainnya. Sampai
saat ini, penduduk Ngandagan masih menyebut era
kepemimpinan Soemotirto sebagai “jaman keemasan” desa
40
Ngandagan. Beberapa “ikon” yang selalu mereka rujuk
untuk menggambarkan masa-masa keemasan desa ini
kesemuanya merujuk kepada keberhasilan pembangunan
yang dilakukan pada era Soemotirto, seperti jaminan
semua penduduk memiliki tanah garapan, pembangunan
Goa Pencu, kemampuan menggerakkan desa-desa sekitar
dalam pembangunan gedung Sekolah Dasar, maupun hasil
pertanian yang beragam dan melimpah. Ingatan kolektif
semacam ini bahkan sering dijadikan sebagai parameter untuk
menilai kondisi saat ini, baik menyangkut kesejahteraan
40. Hal yang sama juga dikemukakan oleh ST. Subroto, Kepala Desa
Ngandagan yang saat ini menjabat.
103