Page 128 - Land Reform Lokal Ala Ngandagan: Inivasi system Tenurial Adat di Sebuah Desa Jawa, 1947-1964
P. 128
Desa Ngandagan dan Inisiatif Land Reform Lokal di Era Kepemimpinan Lurah . . .
Kelak di kemudian hari, sekolah yang dibangun
pada masa Soemotirto inilah yang lantas dinegerikan oleh
pemerintah dan menjadi Sekolah Dasar Negeri Ngandagan
saat ini (lihat Gambar 3.7 di atas). Dengan demikian, berbeda
dari beberapa desa tetangganya, sejarah sekolah dasar di
desa Ngandagan tidak lahir dari Instruksi Presiden untuk
pembangunan massal “SD Inpres” di era 1970-an,yakni
ketika pemerintah memperoleh banyak devisa dari booming
harga minyak di pasar dunia, melainkan berasal dari sekolah
yang sebelumnya telah dibangun atas inisiatif dan swadaya
rakyat desa sendiri.
3. Penataan Kampung dan Permukiman
Langkah besar lain yang dilakukan oleh Soemotirto dalam
pembangunan desanya adalah upayanya melakukan
penataan kampung dan permukiman. Wiradi (2009b:
160, 162) menyebutkan bahwa desa Ngandagan sebelum
masa Soemotirto ditandai dengan kondisi perkampungan
yang belum tertata rapi: jarak antar rumah berjauhan
dengan pekarangan yang saling berserak tanpa aturan.
Hal ini mungkin awalnya karena jumlah penduduk yang
masih sedikit sehingga mereka membangun rumah saling
berjauhan. Namun, sudah sejak akhir masa kolonial desa ini
mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat, dan kondisi
perkampungan yang tak tertata semacam itu membuat desa
Ngandagan semakin lama terasa tidak nyaman.
Sejak awal menjabat, Soemotirto memulai berbagai
langkah untuk melakukan penataan kampung dan
permukiman ini. Termasuk di dalamnya adalah melakukan
99