Page 237 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 237

214   FX. Sumarja


            2010  sudah  tepat.  Artinya Peraturan Ka.BPN No.1  Tahun 2010
            tidak  bertentangan dengan aturan  yang  lebih  tinggi dan  tidak
            mempersukar orang asing mendapatkan hak pakai atas tanah.
                Asumsinya dengan  semakin  pendeknya  rentang waktu  yang
            diperlukan  untuk mendapatkan  status  penduduk Indonesia bagi
            orang asing,  semakin cepat  juga orang asing  menjadi  subjek  hak
            atas  tanah  di  Indonesia. Terpenuhinya syarat sebagai subjek  hak

            atas  tanah  di  Indonesia, ia  akan lebih mudah mendapatkan hak
            pakai atas tanah atau hak sewa untuk bangunan. Praktik yang ada
            orang asing  tidak  minat dengan  kemudahan  yang diberikan oleh
            Pemerintah Indonesia. Mereka lebih minat dengan hak milik atas
            tanah, meskipun  perolehannya melanggar hukum  atau  dengan
            penyelundupan hukum.

                Jika ditengok ke belakang, akan diperoleh gambaran yang mirip
            dengan kondisi saat ini seperti uraian di atas. Pada saat berlakunya
            hukum  agraria kolonial,  pengusaha  swasta Belanda diberi
            kemudahan  untuk mendapatkan  tanah-tanah  di  Hindia Belanda
            dengan hak sewa atau hak konsesi oleh penguasa, namun mereka
            tidak minat karena hak-hak tersebut tidak dapat dijadikan jaminan
            utang. Mereka menuntut agar diberikan hak atas tanah yang dapat

            dijadikan jaminan utang, karena lebih menguntung-kan. Mengingat
            politik  hukum agrarianya didasarkan  pada  prinsip dagang,  maka
            pemerintah kolonial tidak perlu waktu lama untuk mengakomodir
            keinginan para pengusaha swasta Belanda. Sikap demikian tidak akan
            merugikan pemerintah  kolonial,  yang  dirugikan  tetap penduduk
            Indonesia.

                Lebih lanjut  percepatan mendapatkan izin  tinggal  tetap bagi
            orang asing yang diatur dalam UUPM dapat juga dimaknai bahwa
            pemerintah Indonesia melakukan  politik “pintu  terbuka” bagi
            investor asing.  Hal  ini tentu sangat  berbeda dengan  kondisi pada
            masa Orde Lama yang tidak begitu senang dengan kehadiran investor
   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241   242