Page 214 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 214

dan budaya kita tidak berkarakter, kultur kita ikut arus pasar yang
            banal lagi binal.
                Soekarno  dan  para  pendiri  bangsa  sadar  betul,  kolonialisme
            tak  hanya  membawa  memodernkan  kehidupan  bangsa,  namun
            juga menindas dan merampas hak-hak bangsa. Lalu, kemerdekaan
            digagas dan diperjuangkan  sebagai  syarat agar  kemajuan akibat
            kolonialisme tetap berlanjut tanpa penindasan. Sehingga, kekayaan
            alam ini dimiliki dan dikelola oleh diri sendiri yang baru dan bernama
            Indonesia. Reforma Agraria dirancang sebagai perombakan struktur
            penguasaan dan pemilikan tanah serta pemanfaatan/penggunaannya,
            ini sudah dilakukan dengan penghapusan Domein Verklaring (DV),
            sehingga negara tidak lagi memiiki sekaligus menguasai, negara hanya
            menguasai sumber agraria yang belum dibeirkan hak dan mengatur
            hubungan  hukum warga  negara dengan  sumber agraria.  Kalau
            waktu itu Indonesia  tetap memberlakukan DV  dan memeratakan
            penguasaan/pemilikan hak kepada  WNI  tak berpunya  dalam
            sistem DV, itu namanya Reformasi Agraria, bukan Reforma Agraria.
            Meskipun DV sudah dihapuskan, keadilan sosial dalam pengurusan
            agraria  masih  menjadi  perjuangan  yang panjang.  Reforma Agraria
            tidak  semulus  yang  dibayangkan pada pendiri  bangsa, program
            nasional itu mendapat tentangan dari dalam negeri, utamanya dua
            kutub berseberangan, yaitu kelompok tradisional yang menghendaki
            feodalisme, kelompok “ultramodern”  saat itu  yang menghendaki
            ketiadaan hak  pribadi.  Reforma  Agraria  tidak menguntungkan
            kelompok  tradisonal  karena mereka  akan kehilangan kekayaan,
            tidak pula menguntungkan kelompok “ultramodern” karena Reforma
            Agraria  memberi  celah  bagi kolonialisme  imperialisme  gaya  baru
            melalui hak milik pribadi (ini sama saja DV hidup kembali namun
            tanpa hak milik pribadi). Soekarno seperti membawa madu di tangan
            kirinya, ia membawa obat berkhasiat bagi kemiskinan namun tidak
            mengenakkan  bagi  kelompok-kelompok penentang rancangan
            Reforma Agraria ala Indonesia. Dalam perdebatan antara anak bangsa
            kala itu, Reforma Agraria mengambil jalan tengah: tanah berfungsi
            sosial, hak pribadi dibatasi. Dengan demikian, negara haruslah lebih
            kuat dari kekuatan pasar, karena negara mewakili kepentingan sosial


                                                                 BAB V  199
                                                  Catatan Harian Petugas Lapangan
   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219