Page 43 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 43
Nur Aini Setiawati
tanah. Tidak jauh berbeda dengan studi Rouffaer adalah
karya Ter Haar yang dimuat dalam Adatrecht Bundel XXII.
Ter Haar membahas tanah-tanah yang termasuk ibukota
Yogyakarta yang dapat dibedakan sebagai tanah yang
dipakai sendiri oleh sultan, tanah yang oleh sultan diserahkan
kepada Gubernemen Nederlanssch-Indische Spoorweg
Maatschappij (NISM), tanah-tanah dengan hak eigendom yang
diberikan kepada orang-orang Tionghoa dan Belanda, tanah
yang dipakai pejabat (tanah krajan), tanah kasentanan, dan
sebagainya. Kajian dalam buku ini sangat kaya akan sumber-
sumber sejarah khususnya yang membahas transformasi
pemilikan tanah.
Penulisan tentang sejarah Kota Yogyakarta juga pernah
dilakukan oleh Abdurrahman Surjomiharjo. Berbeda dengan
penelitian sebelumnya sebagaimana diuraikan di atas, Ab-
durrahman menitikberatkan penelitiannya pada perkem-
bangan masyarakat Yogyakarta, yaitu perkembangan di bi-
dang pendidikan di kalangan bangsawan hingga munculnya
elite dan organisasi modern di Kota Yogyakarta. Studi ini
juga menyoroti perkembangan pemukiman penduduk
pribumi, Tionghoa, dan Eropa yang merupakan ciri umum
dari studi sejarah sosial kota. Oleh penulisnya, studi ini
diharapkan dapat memberikan gambaran proses sejarah kota
tradisional dan kolonial yang kemudian menjadi Kotamadya
Yogyakarta dan wilayahnya meliputi daerah kekuasaan
Kasultanan dan Pakualaman. 34
34 Abdurrachman Surjomihardjo, op. cit., hlm. 19
24