Page 57 - Kolase Agraria
P. 57
42 Kolase Agraria
dan Etnografi ‘Pendidikan Merdeka’
keperluan kayu bakar dan kebutuhan lainnya, penduduk lebih
memilih membeli daripada mengambil dari hutan yang terlarang.
Melanggar larangan ini dianggap pamali dan berbahaya.
Menakjubkan, dengan hanya satu kata “pamali”, tanpa ada
peraturan tertulis, warga Kampung Naga tetap mematuhi setiap
aturan dan kebiasaan nenek moyang mereka. Ini merupakan
pengingat bagi masyarakat modern yang sering kali acuh terhadap
peraturan. Dari kunjungan wisata ke Kampung Naga, mungkin kita
bisa mengadopsi sikap yang sama, di mana semua orang patuh dalam
menjaga tradisi demi menghormati pamali.
Tumbuh Kembang Ekonomi Masyarakat Adat
Sumber utama komoditas pertanian mereka yaitu padi. Namun,
ada sebagian palawija seperti kapulaga, cabai, dan sayuran. Padi
digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan selama satu musim
yaitu 6 bulan. Hal ini terjadi karena di Kampung Naga memiliki
musim panen 2 kali dalam setahun atau disebut dengan “Janli” atau
“Januari-Juli”. Tujuan mempertahankan musim panen 2 kali dalam
satu tahun yaitu untuk menjaga keseimbangan alam dan memutus
perkembangbiakan hama.
Padi yang disimpan untuk pribadi bukan hanya sebagai
kebutuhan masing-masing rumah tangga. Namun padi tersebut
juga bisa dibagikan ke tetangga, keluarga yang membutuhkan di luar
dari Kampung Naga, serta tamu yang berkunjung ke rumah warga
di dalam kampung. Sistem kepedulian terhadap sesama di antara
masyarakat adat dan di luar masih terjalin erat keberadaannya. Oleh
karena itu, jarang terjadi perselisihan antar warga setempat.
Penjualan padi menggunakan sistem arisan dengan cara setiap
rumah tangga mengumpulkan 2-3 kuintal padi. Hal ini untuk
menjaga sistem perekonomian masyarakat adat di dalam kampung.
Selain itu bisa menjaga ketahanan pangan mereka sendiri dan