Page 103 - Prosiding Agraria
P. 103

88      STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI REFORMA AGRARIA:
                    MELANJUTKAN PENYELESAIAN PERSOALAN AGRARIA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

            D.  Kesimpulan
                 Hak atas tanah mempunyai fungsi sosial, oleh karena itu setiap pemegang hak atas tanah

            wajib  menggunakan  tanahnya.  Jika  tanah  diterlantarkan,  maka  setelah  melalui  prosedur
            penetapan tanah terlantar sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
            2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar, maka Menteri Agraria dan Tata Ruang/
            Kepala Badan Pertanahan Nasional menetapkan Surat Keputusan Penetapan Tanah Terlantar

            yang membawa akibat hukum tanah tersebut menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh
            negara. Dalam hal tanah tersebut merupakan Tanah Cadangan Umum Negara, maka digunakan
            untuk kepentingan masyarakat dan negara melalui reforma agraria, proyek strategis nasional,
            bank tanah, dan cadangan negara lainnya. Sedangkan Peraturan Pemerintah No 64 Tahun

            2021 tentang Badan Bank Tanah, memberi kewenangan khusus kepada Bank Tanah untuk
            menjamin ketersediaan tanah dalam rangka ekonomi berkeadilan untuk kepentingan umum,
            kepentingan sosial, kepentingan pembangunan nasional, pemerataan ekonomi, konsolidasi
            lahan, dan reforma agraria. Ditegaskan pula bahwa ketersediaan tanah untuk reforma agraria

            dari bank tanah paling sedikit 30% dari tanah negara yang diperuntukkan bank tanah.

                 Ini berarti tanah yang sudah ditetapkan sebagai tanah terlantar dapat digunakan untuk
            reforma agraria atau  untuk  bank  tanah, disamping  untuk  proyek  strategis  nasional dan
            cadangan negara lainnya. Sedangkan tanah yang diperoleh bank tanah, diberikan antara lain
            untuk reforma agraria paling sedikit 30%. Ketentuan ini menimbulkan ketidakpastian hukum

            mengenai pemanfaatan tanah terlantar untuk percepatan reforma agraria. Mengacu pada teori
            kepastian hukum yang diberikan Lon L.Fuller, maka peraturan ini dibuat dalam rumusan yang
            tidak dapat dimengerti oleh umum, dan peraturan tersebut juga saling bertentangan, sehingga
            ada ketidakpastian hukum mengenai pemanfaatan tanah terlantar untuk percepatan reforma

            agraria.  Disarankan agar  pemerintah  merevisi  peraturan agar  tanah  terlantar dapat  nyata
            berkontribusi dalam reforma agraria yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat.


            Daftar Pustaka

            Alvian, F., & Mujiburohman, D.  A. (2022). Implementasi Reforma  Agraria Pada Era
                    Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Tunas Agraria, 5(2), 111–126.
            Fatihah, A. (2023). Kajian Hukum Penertiban Tanah Terlantar Menurut Peraturan Pemerintah

                    Nomor  20  Tahum  2021 Tentang  Penertiban  Tanah  Terlantar.  JURNAL NOTARIUS
                    Program Studi Kenotariatan Pascasarjana UMSU, 2(1), 22–31.
            Harsono, B. (2018). Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
                    Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Penerbit Universitas Trisakti.

            Indriasari, E., & Pratama, E. A. (2022). Keterkaitan Bank Tanah Dengan Tanah Terlantar Pasca
                    Berlakunya Undang Undang Cipta Kerja. Diktum: Jurnal Ilmu Hukum, 10(2), 203–218.
            Irawan, R. A., Setyawan, F., & Moh. Ali. (2023). Kewenangan Badan Pertanahan Nasional Dalam
                    Penerbitan dan Pendayagunaan Tanah-Tanah Terlantar. HUKMY: Jurnal Hukum, 3(1),

                    208–329.
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108