Page 110 - Prosiding Agraria
P. 110

Kebijakan Tanah Telantar di Indonesia,   95
                                                                                 Antara Harapan dan Kenyataan

             mempunyai  sesuatu  hak  atas  tanah  pertanian  pada  azasnya  diwajibkan  mengerjakan  atau
             mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemasaran”, sementara
             dalam PP Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar pada Pasal 1

             angka 2 disebutkan bahwa Tanah Telantar adalah tanah hak, tanah Hak Pengelolaan, dan tanah
             yang diperoleh berdasarkan Dasar Penguasaan Atas Tanah, yang sengaja tidak diusahakan,
             tidak  dipergunakan,  tidak  dimanfaatkan,  dan  atau  tidak  dipelihara,  hal  ini selaras dengan
             amanah dari Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945, artinya dalam hal ini UUPA tidak membenarkan
             pemegang  hak atas  tanah  tidak  memanfaatkan  tanah  yang dimiliki  sebagaimana dasar

             pengajuan hak atas tanah, sebagaimana dimaksud Pasal 27 huruf a angka 3 UUPA tentang
             Hak Milik, Pasal 34 huruf e UUPA tentang Tanah Hak Guna Usaha, dan Pasal 40 huruf e
             UUPA tentang Tanah Hak Guna Bangunan.

                  Selanjutnya dalam BAB XIII Ketentuan Lain-lain UUCK Nomor 11 Tahun 2020, Pasal 180
             ditegaskan bahwa:


                  1.  Hak,  izin, atau  konsesi atas  tanah danlatau  kawasan  yang  dengan  sengaja  tidak
                     diusahakan atau ditelantarkan dalam jangka waktu paling larna 2 (dua) tahun sejak
                     diberikan dicabut dan dikembalikan kepada negara.
                  2.  Dalam pelaksanaan pengembalian kepada negara sebagaimana dimaksud pada ayat
                     (1), Pemerintah Pusat dapat menetapkan hak, izin, atau konsesi tersebut sebagai aset

                     Bank Tanah.
                  3.  Ketentuan lebih lanjut pencabutan hak, izin, atau konsesi dan penetapannya sebagai
                     aset Bank Tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah.

                  Pada Pasal 10 ayat (1) Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria, (selanjutnya disebut dengan
             Undang Undang Pokok Agraria atau UUPA) disebutkan “setiap orang dan badan hukum yang

             mempunyai  sesuatu  hak  atas  tanah  pertanian  pada  azasnya  diwajibkan  mengerjakan  atau
             mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemasaran”, artinya dalam
             hal ini UUPA tidak membenarkan pemegang hak atas tanah tidak memanfaatkan tanah yang
             dimiliki sebagaimana dasar pengajuan hak atas tanah, sebagaimana dimaksud Pasal 27 huruf

             a angka 3 UUPA tentang Hak Milik, Pasal 34 huruf e UUPA tentang Tanah Hak Guna Usaha,
             dan Pasal 40 huruf e UUPA tentang Tanah Hak Guna Bangunan.

                  Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
             Pokok Agraria (UUPA) pada Pasal 27, Pasal 34 dan Pasal 40 mengamanatkan bahwa hak atas
             tanah bisa hapus apabila diterlantarkan oleh pemegang haknya, hal ini diatur lebih lanjut

             dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tata Cara
             Penertiban Tanah Terlantar, dijelaskan tanah terlantar adalah tanah yang sudah diberikan
             hak oleh negara berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan hak
             pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan,

             atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya, sedangkan Kamus Tata Ruang, Tanah
             Telantar adalah  lahan/tanah  terbuka  yang dihubungkan dengan arti  atau  fungsi  sosio-
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115