Page 113 - Prosiding Agraria
P. 113

98      STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI REFORMA AGRARIA:
                    MELANJUTKAN PENYELESAIAN PERSOALAN AGRARIA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

            dasar penguasaannya” (PP No 11 Tahun 2010) tentunya akan berbeda dalam pelaksanaannya
            oleh aparat pelaksana di lapangan, sehingga apabila mendasarkan pada PP No. 20 Tahun
            2021 apabila  terhadap  suatu  bidang  tanah atau  kawasan  sudah dimanfaatkan, dan/atau

            dipelihara walaupun tidak sesuai keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar
            penguasaannya maka bidang tanah atau kawasan tersebut bukanlah obyek penertiban tanah
            telantar, dan lebih lebih lagi terhadap bidang bidang tanah yang saat ini sudah masuk data
            base tanah terindikasi telantar, dengan alasan yang sama bisa dimohonkan untuk dikeluarkan
            dari data base.



            Kewenangan dalam menentukan tanah telantar

                 Sebagaimana  di  atur  di  dalam  Pasal  33  ayat  (3)  UUD  1945  yang  menyatakan  bahwa:
            “Bumi, air  dan  kekayaan  alam  yang  terkandung di dalamnya  dikuasai oleh  Negara  dan
            dipergunakan sebesar- besar kemakmuran rakyat.” Dalam hal ini terlihat bahwa kewenangan
            dibidang pertanahan dilaksanakan oleh Negara yang dalam hal ini adalah Pemerintah Pusat,
            dan selanjutnya diterbitkan UU No. 5 Tahun 1960 yang mengatur masalah keagrariaan atau

            pertanahan sebagai bagian dari bumi.

                 Sesuai dengan Pasal 13 Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 20 Tahun 21, Inventarisasi
            Kawasan  tanah  terindikasi  telantar dilaksanakan oleh  Pimpinan  instansi  sesuai dengan
            kewenangannya, sedangkan Inventarisasi tanah terindikasi telantar dilaksanakan oleh Kepala
            Kantor Pertanahan. Sedangkan evaluasi tanah telantar sebagaimana dimaksud dalam Pasal

            43 dilaksanakan oleh Panitia C, dengan keanggotaan sebagai berikut:

                  Ketua          :  Kepala Kantor Wilayah

                  Sekretaris     :  Kepala bidang  di lingkungan Kantor  Wilayah  yang  membidangi
                                    pengendalian dan penanganan sengketa

                  Anggota        :  1.   Sekretaris daerah kabupaten/kota;

                                   2.    Kepala dinas/instansi kabupaten/ kota yang berkaitan
                                         dengan peruntukan tanah;

                                   3.    Kepala bidang di lingkungan Kantor Wilayah yang
                                         membidangi survei dan pemetaan;

                 Sedangkan penetapan tanah terlantar merupakan kewenangan Kepala Badan Pertanahan

            Nasional Republik Indonesia.


            Mekanisme Penertiban Tanah Telantar
                 Apabila dirunut lebih lanjut maka sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) UUPA, yang menngatur

            bahwa “Atas dasar hak menguasai negara atas tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2
            ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat
            diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersamasama dengan
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118