Page 134 - Prosiding Agraria
P. 134

Implementasi Perpres Nomor 62 Tahun 2023 tentang Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria   119
                                                   Melalui Kelembagaan Gugus Tugas Reforma Agraria di Kabupaten Sukabumi

                  b.  Terbatasnya anggaran untuk penataan akses.
                     Dalam hal  penganggaran kegiatan  penataan akses,  pemda memiliki  keterbatasan.
                     Terkadang OPD telah memilih lokasi untuk kegiatan masing-masing dan tidak dapat

                     menganggarkan kegiatan pada lokasi penataan aset yang telah dilakukan, misal lokasi
                     pasca kegiatan legalisasi aset ataupun redistribusi tanah. Dalam mengantisipasi hal
                     tersebut, perlu dilakukan koordinasi yang intensif supaya dapat mengintegrasikan
                     penataan aset yang telah dilakukan dengan penataan akses yang dapat dianggarkan
                     oleh OPD. Bila tidak memungkinkan untuk mengarahkan penataan akses melalui

                     skema akses mengikuti aset, maka dapat dilaksanakan penataan akses dengan skema
                     aset mengikuti akses (Direktorat Landreform, 2024c). pendanaan kegiatan penataan
                     akses dapat juga dilakukan oleh OPD di tingkat provinsi.

                     Dengan melakukan koordinasi di tingkat provinsi, Tim GTRA Provinsi Jawa Barat
                     merumuskan program dan kegiatan serta rencana penganggaran yang mendukung
                     percepatan pelaksanaan  Reforma Agraria,  khususnya pada  lokasi-lokasi  yang
                     telah  ditetapkan  sebagai  Lokasi  Prioritas  Reforma  Agraria  di Provinsi Jawa  Barat
                     berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor: 590/Kep.260-Rek/2023 tentang Penetapan

                     Lokasi  Prioritas Reforma Agraria di Daerah  Provinsi Jawa  Barat Tahun 2023–2027.
                     Dengan dukungan dari pemerintah provinsi tersebut diharapkan dapat meningkatkan
                     keberhasilan kegiatan penataan akses.

                  c.  Keterbatasan dalam koordinasi dengan OPD
                     Dalam  setiap  rapat diperlukan  kehadiran dari  setiap  stakeholder untuk  hadir.

                     Namun demikian,  faktor  jarak dan agenda dari  masing-masing  OPD  menyulitkan
                     dalam melakukan pertemuan. Untuk mengantisipasi hal tersebut dapat dilakukan
                     koordinasi dengan memanfaatkan media telekomunikasi.

                  d.  Kendala dalam inventarisasi
                     Dalam pelaksanaan inventarisasi data By Name By Address dari tanah pelepasan 20%

                     HGU PT. Djasulawangi menemukan kendala terkait kepemilikan subjek Garapan di
                     lokasi tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan koordinasi dengan perangkat
                     Desa terkait, baik melalui media komunikasi maupun koordinasi secara langsung.

                  e.  Kurangnya antusiasme masyarakat terkait penataan akses
                     Masyarakat belum begitu mengerti secara jelas terkait akses reform. Mereka lebih

                     ingin mendapatkan sertipikat kegiatan redistribusi tanah. Kondisi ini juga mendorong
                     masyarakat menjual tanah untuk memperoleh uang secara instan daripada secara aktif
                     memanfaatkan lahan dari redistribusi tanah pada lokasi TORA untuk meningkatkan
                     kesejahteraan.  Pemahaman  masyarakat  akan pentingnya penataan  akses perlu

                     ditanamkan secara bertahap. Pelaksanaan kegiatan Penataan Akses Reforma Agraria
                     fase (I, II dan III) bersamaan/melanjutkan kegiatan Redistribusi Tanah dilaksanakan
                     untuk menarget  subyek  pada lokasi  TORA  supaya memperoleh  akses mulai  dari
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139