Page 226 - Prosiding Agraria
P. 226
Konstruktivisme Penataan Akses Reforma Agraria: 211
Dinamika Kesejahteraan Masyarakat Inklusi Multi Aspek
A. Pendahuluan
Kompleksitas permasalahan agraria di Indonesia, khususnya terkait dengan reforma
agraria, yang berujung pada kesejahteraan masyarakat, menjadi perhatian utama pemerintah
dalam penyelesaiannya. Sebagai negara agraris dengan mayoritas penduduknya bermata
pencaharian di sektor pertanian, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengelola
sumber daya alam secara berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di pedesaan. Reforma agraria
telah menjadi agenda penting nasional dalam upaya mengurangi ketimpangan sosial dan
ekonomi di Indonesia. Namun, implementasi reforma agraria seringkali dihadapkan pada
berbagai kendala, seperti ketimpangan kepemilikan lahan yang masih tinggi antara pemilik
lahan luas dan petani kecil bahkan buruh tani. Data dari Kementerian Pertanian (2020)
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lahan pertanian yang dimiliki oleh petani kecil,
sementara mayoritas lahan masih dikuasai oleh segelintir pemilik besar.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi adalah keterbatasan infrastruktur pertanian,
terutama di daerah pedesaan. Infrastruktur seperti irigasi, jalan, dan sarana produksi
pertanian seringkali tidak memadai, menghambat produktivitas dan akses petani terhadap
pasar. Data BPS (2023) menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil desa yang memiliki akses
yang memadai terhadap infrastruktur pertanian yang diperlukan.
Penelitian ini mengkaji konteks agraria di Kelurahan Pesurungan Lor, Kota Tegal,
yangmenjadi bagian dari permasalahan agraria yang lebih luas di Indonesia. Kelurahan
Pesurungan Lor memiliki sejarah agraria yang kaya namun juga menghadapi tantangan yang
serupa dengan banyak daerah agraris di Indonesia, terutama terkait akses lahan, infrastruktur,
dan kesejahteraan masyarakat. Menurut data BPS Kota Tegal, sekitar 60% dari penduduk
Kelurahan Pesurungan Lor bekerja di sektor pertanian dalam hal ini adalah peternak
itik. Meskipun potensi peternakan yang besar, akses lahan yang merata masih menjadi
permasalahan utama. Menurut penelitian Ahmad et al. (2023), hanya sekitar 30% dari total
luas lahan yang dimiliki oleh peternak kecil dan kelompok peternak di kelurahan tersebut,
sementara sebagian besar lahan masih dikuasai oleh pemilik dengan luasan lahan yang luas
atau kelompok investasi.
Selain masalah akses lahan, infrastruktur peternakan di Kelurahan Pesurungan Lor juga
perlu diperhatikan. Menurut laporan tahunan Kementerian Pertanian (2022), tingkat akses
terhadap infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan, dan sarana penyimpanan hasil ternak
masih tergolong rendah di daerah-daerah pedesaan termasuk Kelurahan Pesurungan Lor.
Hal ini dapat menghambat produktivitas peternakan dan akses peternak terhadap pasar yang
lebih luas.
Teori konstruktivisme menjadi relevan dengan konteks penelitian dalam analisis reforma
agraria, khususnya dalam penataan akses lahan dan sumber daya. Konstruktivisme berfokus
pada bagaimana pemahaman dan makna dibentuk melalui interaksi sosial dan pengalaman,