Page 255 - Prosiding Agraria
P. 255

240     STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI REFORMA AGRARIA:
                    MELANJUTKAN PENYELESAIAN PERSOALAN AGRARIA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

            tersebut  tidak  terdapat permasalahan  dan  siap  ditindaklanjuti  untuk proses  sertifikasi.
            Namun demikian, masih terdapat 4.645 bidang tanah pada lokasi transmigrasi pada kondisi
            bermasalah. Persentase lahan transmigrasi yang sudah dan belum bersertifikat dapat dilihat

            pada Gambar 2.






















                                   Gambar 2. Sertifikasi Tanah Transmigrasi di Provinsi Jambi
                              (Sumber: Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jambi)
                 Tunggakan beban  sertipikasi bidang  tanah  tersebut  tersebar  di beberapa kabupaten
            di Provinsi Jambi. Kabupaten Bungo menjadi kabupaten dengan jumlah beban sertipikasi

            terbanyak, sejumlah 2.256 bidang tanah. Tabel 1, menunjukkan persebaran jumlah beban
            Sertipikat Hak Milik (SHM) pada masing-masing kabupaten di Provinsi Jambi.


                    Tabel 1. Persebaran Sisa Beban SHM Provinsi Jambi (Sumber: Kanwil BPN Provinsi Jambi)
                                  No    Jumlah Bidang              Kabupaten
                                 1    400                MUARO JAMBI
                                 2     24                TANJUNG JABUNG TIMUR
                                 3     1514              SAROLANGUN
                                 4     1392              MERANGIN
                                 5    2256               BUNGO
                                 6    415                KERINCI
                                 7    39                 BATANGHARI
                                 8    50                 TANJUNG JABUNG BARAT

                 Sementara itu,  terdapat  total  23  kasus  tanah  transmigrasi  yang  bermasalah.  Berikut

            merupakan penyebab permasalahan di lahan transmigrasi dan jumlah kasusnya:

                 1.  Okupasi masyarakat sejumlah 12 kasus,
                 2.  sengketa dengan perusahaan sejumlah 4 kasus,
                 3.  tumpang tindih dengan kawasan hutan sejumlah 7 kasus.

                 Pada tanah transmigrasi yang bermasalah, terdapat 2.444 bidang tanah (52,62% dari total
            lahan bermasalah) belum memiliki Hak Penggunaan Lahan (HPL) tetapi sudah dialihkan

            pembinaanya kepada pemerintah daerah. Sementara itu, sebanyak 2.201 bidang tanah (47,38%
            dari total lahan bermasalah) merupakan tanah HPL yang sudah dialihkan pembinaanya ke
   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260