Page 86 - Prosiding Agraria
P. 86

Penyediaan Tanah Untuk Reforma Agraria oleh Bank Tanah   71
                                                                (Provision of Land for Agrarian Reform by The Land Bank)

                  Berdasarkan tabel 1 di atas, tanah-tanah negara yang diperuntukkan Bank Tanah dapat
             juga diperuntukkan reforma agraria. Selain itu di dalam Ayat 2 Pasal 22 PP Nomor 64 Tahun
             2021 terdapat ketentuan bahwa paling sedikit 30% dari tanah negara yang diperuntukkan

             Bank Tanah disediakan untuk reforma agraria. Ini menunjukkan Bank Tanah berkewajiban
             menyediakan tanah untuk reforma agraria setelah memiliki aset. Pada kondisi tertentu, Bank
             Tanah dapat menolak perolehan tanah dan menyerahkan langsung untuk reforma agraria.

                  Penentuan kategori tanah negara yang dapat diperoleh Bank Tanah dan reforma agraria
             ditegaskan oleh beberapa peraturan sebagai berikut.

                  1.  Kawasan  dan  Tanah  Telantar: Pasal  38  (4)  dan Pasal  64  Peraturan Menteri  ATR/
                     Kepala BPN Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan

                     Kawasan dan Tanah Telantar.
                  2.  Tanah reklamasi: Pasal 190 Peraturan Menteri ATR/ Kepala BPN Nomor 20 Tahun
                     2021 tentang Tata Cara Penetapan Hak Pengelolaan dan Hak Atas Tanah.

                  3.  Tanah negara bekas hak  yang memerlukan  penataan kembali  penggunaan,
                     pemanfaatan,  dan  pemilikannya:  Pasal  107 Peraturan Menteri  ATR/ Kepala BPN
                     Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penetapan Hak Pengelolaan dan Hak Atas
                     Tanah.
                  4.  Tanah negara yang harus disesuaikan penggunaan dan pemanfaatannya akibat revisi

                     tata ruang: Pasal 165 (3) Peraturan Menteri ATR/ Kepala BPN Nomor 20 Tahun 2021
                     tentang Tata Cara Penetapan Hak Pengelolaan dan Hak Atas Tanah.

                  Peraturan-peraturan tersebut di atas tidak ada yang menunjukkan keharusan perolehan
             tanah reforma agraria melalui Bank Tanah. Tanah-tanah negara yang sesuai kriteria tidak
             harus diperoleh dulu oleh  Bank Tanah dan  kemudian didistribusikan  ke  reforma agraria.

             Melalui penetapan pemerintah, Kementerian ATR/ BPN dapat mengalokasikan tanah negara
             yang diperoleh untuk ditetapkan sebagai tanah objek reforma agraria (TORA). Di sisi lain,
             Bank Tanah tidak berkompetisi memperoleh tanah negara dengan Pemerintah, karena ada
             pertimbangan kondisi tertentu.

                  Kondisi  tertentu  yang  menjadi  pertimbangan Bank  Tanah  untuk  tidak melakukan

             perolehan tanah dan dapat melanjutkan untuk reforma agraria adalah sebagai berikut.

                  1.  Kondisi  eksisting  penguasaan  tanah  negara. Tanah-tanah  negara  yang sudah
                     seluruhnya dikuasai oleh masyarakat tidak mungkin diperoleh langsung oleh Bank
                     Tanah karena biaya sosial dan ekonomi yang harus dibayar cukup besar.
                  2.  Letak lokasi tanah negara. Tanah negara yang sulit diakses mempengaruhi kelayakan

                     dan efisiensi usaha sehingga menjadi pertimbangan untuk diakuisisi.
                  3.  Potensi sengketa dan konflik pertanahan. Status tanah negara yang belum bersih (clean
                     and clear) dari sengketa dan konflik pertanahan yang masih ada akan memberikan
                     dampak yang merugikan bagi lembaga Bank Tanah.
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91