Page 81 - Prosiding Agraria
P. 81

66      STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI REFORMA AGRARIA:
                    MELANJUTKAN PENYELESAIAN PERSOALAN AGRARIA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

            A.  Pendahuluan
                 Reforma agraria digulirkan pemerintah untuk menata struktur penguasaan tanah yang

            berkeadilan (Sulistyaningsih, 2021), menyelesaikan konflik  agraria (Zein, 2019;  Amaliyah
            et  al, 2021))  dan mendayagunakan  tanah  untuk kesejahteraan masyarakat (Pandamdari,
            2019; Nuriyanto, 2020). Abby et al. (2014) mengungkapkan sasaran dalam kegiatan reforma
            agraria adalah land tenure reform (hubungan pemilik dengan penggarap) dan land operation

            reform (perubahan luas penguasaan dan pemanfaatan tanah). Program reforma agraria juga
            memberikan kesempatan kepada masyarakat  untuk memupuk modal (capital  formation)
            untuk pengembangan usahanya (Arisaputra, 2016) dan memberikan nilai tambah ekonomis
            atas tanah yang dimiliki (Utomo, 2020).

                 Tanah yang diperuntukkan reforma agraria berasal dari tanah non-kawasan hutan dan

            hasil penyelesaian konflik agraria. Penataan aset reforma agraria meliputi redistribusi tanah
            dan legalisasi aset tanah. Target kegiatan redistribusi tanah adalah tanah-tanah negara yang
            berasal dari berbagai latar belakang seperti bekas tanah hak, tanah telantar dan bekas kawasan
            hutan.  Sedangkan  target  kegiatan  legalisasi  aset adalah  tanah-tanah  yang  telah dikuasai

            masyarakat, tanah-tanah transmigrasi dan penatausahaan tanah ulayat.

                 Target reforma agraria berdasarkan RPJM 2015-2019 adalah 9 juta hektar terdiri dari target
            redistribusi tanah seluas 4,5 juta hektar meliputi tanah bekas Hak Guna Usaha, tanah telantar
            dan bekas kawasan hutan serta target seluas 4,5 juta hektar terdiri dari penyelesaian tanah
            transmigrasi  dan  tanah  negara  dalam  penguasaan masyarakat  (Alvian  &  Mujiburohman,

            2022).  Redistribusi  tanah dilaksanakan  terhadap  tanah-tanah objek  landreform dengan
            tujuan memperbaiki taraf kehidupan petani penggarap melalui pembagian tanah pertanian
            secara adil dan merata (Wicaksono & Purbawa, 2018).

                 Kegiatan legalisasi aset dalam rangka reforma agraria secara operasional dalam bentuk
            program pendaftaran tanah sistematik lengkap (PTSL). Legalisasi atas tanah-tanah negara

            yang dikuasai masyarakat menghasilkan tanda bukti hak berupa sertipikat setelah melalui
            proses  pembuktian  penguasaan  fisiknya (Erlina &  Atikarani, 2019). Legalisasi  tanah
            transmigrasi yang dikuasai masyarakat merupakan bentuk pelaksanaan UUPA agar tanah-
            tanah transmigrasi dapat bersertipikat. Masalah utama legalisasi tanah transmigrasi berupa
            tanah transmigran yang ditinggal pemiliknya (Sulastiningsih, 2019), tumpang tindih tanah

            transmigrasi  dengan kawasan hutan  dan belum  adanya hak  pengelolaan  yang mendasari
            objek tanah transmigrasi (Medaline & Moertiono, 2023).

                 Pelaksanaan reforma agraria adalah berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun
            2023  tentang  Percepatan  Pelaksanaan  Reforma  Agraria. Berdasarkan  peraturan  tersebut,
            kegiatan  reforma agraria didahului  oleh  penetapan  tanah objek  reforma agraria  (TORA)

            sebagai tindak lanjut dari ketersediaan tanah negara yang dapat diredistribusikan. Secara
            umum tanah negara untuk reforma agraria adalah tanah negara bebas. Batasan tanah negara
            bebas adalah tanah yang belum pernah ada hak atas di atasnya atau tanah yang sebelumnya
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86