Page 43 - Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
P. 43

hanya dipandang dari segi statiknya tetapi dilupakan dari segi progressnya.
             Padahal progress itu juga mencerminkan perubahan yang semakin tinggi
             pada tuntutan, nilai-nilai dan harapan-harapan terhadap hukum. 46

                   Mahkamah Konstitusi sebagai Guardian of Constitution telah
             menggunakan hukum yang progresif, namun sesuai dengan nilai-nilai
             Pancasila. Salah satu hal yang menjadi perhatian Mahkamah Konstitusi
             adalah hak ulayat masyarakat hukum adat, yang selama ini sering
             terabaikan, padahal konstitusi sendiri mengakui keberadaan hak tersebut.
             Hak ulayat masyarakat hukum adat meliputi semua sumber daya alam,
             termasuk tanah, yang ada dalam lingkungan wilayah masyarakat hukum
             yang bersangkutan, baik yang sudah dihaki oleh seseorang maupun yang
             belum. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hak ulayat merupakan “konsep
             mini” dari hak bangsa, karena masyarakat adat merupakan pemilik utama
             sumber daya agraria yang ada di wilayah adatnya, sehingga memiliki hak
             untuk mengatur dan memimpin penguasaan dan penggunaan sumber
             daya agraria di wilayah adatnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
             hak Ulayat mengandung dua aspek, yaitu:

             a)    Aspek keperdataan, yaitu berupa kewenangan mempunyai
                   (entitlement to posess) oleh masyarakat hukum adat terhadap wilayah
                   ulayat (yang meliputi tanah dan/atau perairan) termasuk sumber
                   daya alam yang terdapat di wilayah ulayat;
             b)    Aspek publik, yaitu berupa kewenangan mengatur penguasaan dan
                   penggunaan tanah ulayat dan sumber daya alam, baik oleh anggota
                   masyarakat hukum adat maupun oleh orang/pihak yang bukan
                   merupakan warga masyarakat hukum adat. Aspek ini melahirkan
                   dua sifat kekuatan keberlakuan kewenangan, yaitu kekuatan
                   ke dalam dan ke luar. Kekuatan yang berlaku ke dalam artinya
                   memberikan wewenang kepada penguasa masyarakat hukum adat
                   untuk mengatur penguasaan dan penggunaan wilayah ulayat itu
                   oleh warga dan untuk kepentingan masyarakat hukum adat yang
                   bersangkutan. Kekuatan yang berlaku ke luar artinya memberikan
                   kewenangan untuk mengatur penggunaan/akses oleh orang luar
                   terhadap tanah ulayat.





                   46 Achmad Sodiki, op cit, hlm 5


            36      Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48