Page 45 - Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
P. 45

Setiap kelompok dalam tatanan dan struktur nagari tersebut
             menempati dan menguasai tanah dan kekayaan alam. Hubungan subyek
             hukum di setiap level dengan tanah dan kekayaan alamnya diistilahkan
             oleh orang Minangkabau sebagai ulayat. Semua level memiliki tanah
             ulayat, jadi ada ulayat nagari, ulayat suku, ulayat kaum, ulayat jurai, hingga
             ulayat perseorangan (keluarga). Maka, di dalam ulayat juga akan ditemukan
             “hak perdata perorangan”. Dalam konteks ini “hak ulayat” yang sesuai
             dengan UUPA (yakni hak publik persekutuan) hanyalah ulayat nagari,
             sedangkan ulayat pada level di bawahnya adalah hak milik adat baik
             bersifat komunal maupun privat.
                                            47
                   Contoh lain keanekaragaman hak milik dalam masyarakat hukum
             adat adalah di masyarakat adat Mamahak Besar dan Long Bagun di
             Kalimantan Timur.  Hak membuka tanah untuk dijadikan ladang, hak
             atas pohon dan tanaman yang diberikan tanda menurut ketentuan adat
             merupakan hak perdata perorangan. Namun penguasaan tanah dan hasil
             hutan merupakan penguasaan bersama berdasarkan hak ulayat, yang
             kewenangan pengaturannya ada pada Kepala Adat. Pemuka adat memiliki
             kewenangan dalam mengatur hubungan pemanfaatan tanah dan hasil
             hutan kepada para anggotanya, namun tidak memiliki kewenangan untuk
                                                                              48
             memberikan tanah kepada masing-masing anggotanya secara individu.
                   Mereka juga menggunakan berbagai istilah untuk berbagai jenis
             kegiatan penggunaan dan pengolahan tanah, begitu pula yang berkaitan
             dengan hak perorangan. Berikut ini adalah contoh bentuk hak perorangan
             yang pada umumnya terdapat pada masyarakat hukum adat di Indonesia,
             meskipun dengan nama yang berbeda-beda:

             a.    Hak milik;
             b.    Hak memungut hasil tanah;
             c.    Hak wenang pilih atau hak pilih lebih dahulu;
             d.    Hak wenang beli;
             e.    Hak pejabat adat.


                   47 Kurnia Warman, “Hutan adat di ‘persimpangan jalan’: Kedudukan hutan adat di Sumatra
             Barat pada era desentralisasi”, dalam: Myrna A. Safitri dan Tristam Moeliono (eds), Hukum Agraria
             Dan Masyarakat Di Indonesia: Studi Tentang Tanah, Kekayaan Alam, Dan Ruang Di Masa Kolonial
             Dan Desentralisasi, hlm. 93-94. Jakarta: HuMa, Van Vollenhoven Institute, KITLV-Jakarta.
                   48 Nurul Elmiyah, “Negara dan Masyarakat Adat; Studi Mengenai Hak Atas Tanah dan Hasil
             Hutan di Mamahak Besar dan Long Bagun, Kalimantan Timur”, Disertasi di Fakultas Hukum,
             Universitas Indonesia, 2003, hlm. 308


            38      Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50