Page 50 - Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
P. 50

tetapi karena UUPA tidak mencabut keberadaan Boschordonantie, maka
             peraturan yang ada di dalamnya masih berlaku, termasuk asas  domein
             verklaring.

                   Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
             Ketentuan Pokok Kehutanan tidak mencabut Boschordonantie. Di dalam
             pasal 21 undang-undang kehutanan ini berbunyi sebagai berikut: “Sambil
             menunggu keluarnya peraturan peraturan pelaksanaan daripada Undang-
             undang ini, segala peraturan dan perundang-undangan di bidang Kehutanan
             yang telah ada sebelumnya, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
             dengan jiwa Undang-undang ini serta diberi tafsiran sesuai dengan itu.”
             Di dalam paparan pasal tersebut, maka secara eksplisit dikatakan bahwa
             peraturan yang ada sebelumnya mengenai kehutanan masih berlaku, yang
             artinya ini juga berlaku untuk Boschordonantie.
                   Memang di dalam pasal tersebut terdapat frasa sepanjang tidak
             bertentangan dengan jiwa undang-undang ini, tetapi pada kenyataannya
             domein verklaring tetap berlaku, meskipun dengan konsep yang berbeda,
             karena pada zaman kolonial, negara sebagai dominum (pemilik tanah),
             sedangkan setelah adanya UUPA, negara memiliki hak menguasai.
             Dalam hal ini yang berbeda hanya konsep kewenangan dari negara,
             tetapi substansi dari domein verklaring dimana seseorang yang tidak dapat
             membuktikan kepemilikan tanahnya, maka tanah tersebut akan dimiliki
             negara, yang kemudian frasa dimiliki menjadi dikuasai.

                   Praktek ini dapat terlihat sejak pada zaman pemerintahan Orde
             Baru yang secara sengaja membiarkan tumbuh dan berkembangnya
             sektor kehutanan meskipun harus melanggar hak-hak masyarakat yang
             tanah-tanahnya ditetapkan secara sepihak sebagai kawasan hutan negara,
             termasuk melanggar peraturan perundangan yang sah masih berlaku
                           55
             seperti UUPA.  Pada zaman orde baru, UUPA dikesampingkan dalam
             praktek kehutanan, dengan alasan hal-hal yang berkaitan dengan hutan
             menggunakan undang-undang kehutanan. Padahal di dalam undang-
             undang kehutanan, tidak ada satu pasal pun yang menetapkan bahwa
             UUPA tidak berlaku dalam kawasan hutan, dan kondisi semacam ini
             masih berlaku hingga zaman setelah reformasi. Hal inilah yang kemudian
             memicu banyak konflik di sektor kehutanan.




                   55 Ibid


                                                  Hasil Penelitian dan Pembahasan  43
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55